Prabowo Bakal Ubah Kementerian BUMN jadi Super Holding, Ekonom: Bagus tapi Harus Konsisten
JAKARTA - Pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto dikabarkan akan melakukan reformasi besar-besaran terhadap Kementerian BUMN. Salah satu rencana yang beredar adalah mengubah struktur kementerian menjadi badan atau super holding.
Ekonom Senior Piter Abdullah mengaku sepakat dengan rencana tersebut. Menurut dia, di beberapa negara maju perusahaan pelat merahnya berbentuk super holdinh.
“Bagus banget itu. Justru bagus banget. Praktik BUMN di banyak negara maju, itu super holding. Dengan super holding, artinya kita menempatkan BUMN itu untuk pure korporasi,” katanya kepada VOI, Kamis, 3 Oktober.
Pieter bilang reformasi tersebut merupakan solusi atas sejumlah persoalan pertama yang selama ini melingkupi BUMN. Seperti politisasi hingga birokratisasi yang berlebihan.
“(Dengan super holding) dia dituntut untuk menjadi lebih profesional. Tidak ada titipan politik di situ dan yang jelas adalah difungsikan benar-benar sebagai korporasi yang tidak ada penugasan dari pemerintah. Dia tidak lagi menjadi perpanjangan tangan program-program pemerintah,” jelasnya.
Pieter mengatakan reformasi ini berpotensi mengubah tata kelola BUMN dari pendakatan birokratis menjadi lebih berorientasi korporasi dengan fokus pada pertimbangan murni bisnis.
“Kita tidak akan lagi mendengar BUMN, kita tidak akan lagi mendengarkan bagaimana BUMN menanggung subsidi, enggak. BUMN benar-benar fokus kepada bagaimana dia melaksanakan fungsinya sebagai korporasi,” tuturnya.
Baca juga:
“Manfaatnya untuk kita apa? Manfaatnya untuk kita dengan secara seperti itu, BUMN akan menjadi penggerak perekonomian. Karena dia akan bergerak benar-benar secara efisien. Ya, kan ciri khas swasta korporasi kan adalah efisien. BUMN akan lebih efisien,” sambungnya.
Namun, Pieter bilang reformasi ini bukan tanpa tantangan. Dia mengatakan bahwa reformasi ini harus dijalankan secara konsisten jika ingin berhasil.
“Harus dipahami, tapi superholding itu harus konsisten. Persoalannya, kita siap nggak dengan itu. Super holding itu mudah disebutkan, tapi konsekuensinya apakah kita bisa?,” ucapnya.