Rupiah Berpotensi Melemah Didorong Kekhawatiran Konflik Timur Tengah
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 3 Oktober 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 2 Oktober 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,41 persen di level Rp15.268 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,28 persen ke level harga Rp15.247 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan kekhawatiran konflik di Timur Tengah dapat berubah menjadi perang yang lebih luas setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel.
"Iran menembakkan lebih dari 180 rudal balistik ke Israel pada hari Selasa, kata Israel, sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap sekutu Hizbullah Teheran di Lebanon," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Kamis, 3 Oktober.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji Iran akan membayar serangan rudalnya terhadap Israel, sementara Teheran mengatakan setiap pembalasan akan ditanggapi dengan kehancuran besar, meningkatkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas.
Sementara, Presiden AS Joe Biden menyatakan dukungan penuh AS untuk Israel, sekutu lamanya, dan Dewan Keamanan PBB menjadwalkan pertemuan di Timur Tengah pada hari Rabu.
Selain itu, fokus pasar saat ini beralih ke data penggajian swasta AS yang akan dirilis pada hari Rabu, dengan para pedagang juga waspada terhadap perselisihan perburuhan di pelabuhan AS.
Dari sisi dalam negeri, S&P Global melaporkan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia masih terkontraksi di bawah 50 yakni berada di level 49,2 pada September 2024, meskipun indeks aktivitas manufaktur tersebut mengalami peningkatan tipis dari bulan sebelumnya 48,9.
Lesunya kondisi manufaktur tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain. Seperti China dan Australia yang juga masuk di zona kontraksi. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang juga ambruk. PMI manufaktur Vietnam misalnya, yang anjlok dari 52 ke 47. Tak hanya Vietnam, beberapa negara di Eropa juga mengalami keadaan yang serupa, meski tak separah Vietnam.
Menurut Ibrahim meski PMI manufaktur Indonesia masih di zona kontraksi, kondisinya mulai membaik. Hal ini menunjukkan optimisme pelaku usaha dalam negeri mulai tumbuh dibandingkan beberapa bulan lalu.
"Hal tersebut menunjukkan bahwa ada optimisme di kalangan pelaku usaha bahwa ada banyak potensi saat manufaktur kembali membaik," tuturnya.
Baca juga:
Ibrahim menjelaskan lesunya sektor manufaktur RI disebabkan kondisi makro ekonomi global yang sedang lesu pada September, sehingga perusahaan tentunya menanggapi dengan mengurangi aktivitas pembelian dan memilih menggunakan inventaris guna menjaga biaya serta efisiensi pengoperasian dengan sangat ketat.
Dalam laporan S&P Global diterangkan bahwa pengoperasian di perekonomian sektor manufaktur Indonesia masih pada laju penurunan pada September yang menggambarkan penurunan lebih lanjut pada output dan permintaan baru.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis, 3 Oktober 2024 dalam rentang harga Rp15.250 - Rp15.320 per dolar AS.