Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa, 1 Oktober 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,44 persen di level Rp15.206 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,39 persen ke level harga Rp15.204 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Ketua Federal Reserve Jerome Powell menolak taruhan pada pemotongan suku bunga yang lebih besar.

"Powell mengadopsi nada yang lebih agresif dalam pidatonya di sebuah konferensi di Tennessee, dengan mengatakan bahwa bank sentral AS kemungkinan akan tetap mempertahankan pemotongan suku bunga seperempat poin persentase ke depannya," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Rabu, 2 Oktober.

Selain itu, para pedagang tetap yakin bahwa Fed akan memangkas lagi pada pertemuan penetapan kebijakan berikutnya di bulan November, tetapi memangkas ekspektasi untuk pengurangan 50 basis poin (bps) menjadi 35,4 persen dari 53,3 persen sehari sebelumnya, menurut FedWatch Tool milik CME Group.

Menurut Ibrahim, pidato Powell disampaikan menjelang serangkaian data AS yang padat minggu ini, termasuk indeks manufaktur Institute for Supply Management yang akan dirilis Selasa malam dan laporan non-manufaktur pada Kamis, diikuti oleh angka pekerjaan bulanan yang berpotensi krusial pada Jumat.

Sementara itu, ketegangan di Timur Tengah masih menjadi perhatian, Invasi darat Israel yang telah lama diharapkan ke Lebanon tampaknya mulai berlangsung pada hari Selasa karena militernya mengatakan pasukan telah memulai serangan "terbatas" terhadap target Hizbullah di daerah perbatasan.

Serangan tersebut menyusul pembunuhan kepala Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel pada hari Jumat, dan merupakan konflik yang meningkat di Timur Tengah antara Israel dan militan yang didukung Iran yang sekarang mengancam untuk menyeret AS dan Iran.

Dari sisi dalam negeri, tingkat inflasi Indonesia September 2024 mencapai 1,84 persen secara tahunan (year on year/YoY). Namun, terjadi deflasi 0,12 persen secara bulanan (month to month/MtM) yang menyebabkan Indonesia mengalami deflasi lima bulan beruntun. Indeks harga konsumen (IHK) turun ke level 105,93 pada September 2024, dari 106,06 pada Agustus 2024.

Adapun kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau, dengan deflasi sebesar 0,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,17 persen. Sementara itu, terdapat komoditas dengan andil inflasi antara lain komponen ikan segar dan kopi bubuk, dengan andil masing-masing 0,02 persen. Komponen penyumbang inflasi lainnya adalah biaya kuliah akademi perguruan tinggi, juga sigaret kretek mesin.

Sebelumnya, berdasarkan proyeksi para analis,memperkirakan bahwa secara tahunan inflasi di Indonesia akan mereda. Dari 29 ekonom, nilai tengah proyeksi inflasi September 2024 adalah 2,00 persen (YoY), turun dari posisi Agustus 2024 dengan inflasi 2,12 persen (YoY).

Proyeksi terendah inflasi tahunan pada September 2024 adalah 1,80 persen, sedangkan tertinggi 2,20 persen. Tercatat 20 ekonom memproyeksikan bahwa inflasi tahunan pada September 2024 akan lebih rendah dari bulan sebelumnya. Meskipun demikian, kondisinya berbeda apabila ditilik dari pergerakan IHK secara bulanan. Para ekonom memperkirakan bahwa masih akan terjadi deflasi bulanan pada September 2024.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024 dalam rentang harga Rp15.130 - Rp15.240 per dolar AS.