Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis, 26 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu, 25 September 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,56 persen di level Rp15.102 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,62 persen ke level harga Rp15.092 per dolar AS. 

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan sejumlah pembicara Fed akan memberikan isyarat lebih lanjut tentang suku bunga minggu ini, terutama pidato Ketua Jerome Powell pada hari Kamis. 

"Data indeks harga PCE pengukur inflasi pilihan Fed akan dirilis pada hari Jumat dan juga diharapkan menjadi faktor dalam rencana bank sentral untuk suku bunga," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Kamis, 26 September. 

Sebelumnya, aktivitas bisnis zona euro berkontraksi tajam bulan ini. Kemerosotan tersebut tampak meluas dengan Jerman, ekonomi terbesar Eropa, mengalami penurunan yang lebih dalam. 

Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini awal bulan ini minggu lalu, dan tanda-tanda lebih lanjut dari pelemahan ekonomi dapat meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga lagi pada bulan Oktober.

Dari sisi dalam negeri, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Septembr 2024 sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Pejabat BI menegaskan keputusan tersebut merupakan bentuk transformasi kebijakan moneter dari bersifat pro-stability menjadi pro-growth. 

Adapun, alasan penurunan suku bunga adalah probabilitas yang makin jelas soal penurunan suku bunga bank sentral AS atau Federal Funds Rate (FFR) pada bulan ini. Sehingga dengan percaya diri, meskipun FFR belum turun ketika RDG BI berlangsung, para pejabat BI memutuskan memangkas BI Rate terlebih dahulu. 

Kemudian, dampak daripada probabilitas pemangkasan FFR pada bulan ini diyakini akan berimbas pada stabilitas nilai tukar rupiah. Sehingga, alasan BI sebelumnya yang mempertahankan suku bunga karena alasan stabilitas nilai tukar rupiah menjadi teralihkan. Inflasi yang stabil, dan diperkirakan bergerak di kisaran 2,5+-1 persen pada 2024 dan 2025. 

Ibrahim menjelaskan yang terpenting adalah peran kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika sebelumnya, kebijakan BI yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah makroprudensial dan sistem pembayaran, kali ini juga didorong oleh kebijakan moneter.

"Dengan dorongan dari kebijakan moneter berupa pemangkasan BI Rate ini, diharapkan bisa mendorong kredit lebih lanjut di perbankan, sehingga mampu mendorong pembiayaan, serta pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," tuturnya. 

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Kamis, 26 September 2024 dalam rentang harga Rp15.000 - Rp15.120 per dolar AS.