Rencana Miyabi Main Film ke Indonesia Dianggap Rusak Citra Bangsa dalam Memori Hari Ini, 28 September 2009
JAKARTA – Memori hari ini, 15 tahun yang lalu, 28 September 2009, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam rencana kedatangan bintang film porno asal Jepang, Maria Ozawa (Miyabi) untuk main film. Kedatangan Miyabi dalam rangka main film dianggap MUI bisa rusak citra bangsa Indonesia.
Sebelumnya, rumah produksi Maxima Pictures ingin menghadirkan Miyabi dalam film garapannya, Menculik Miyabi. Film itu bukan film vulgar, tapi komedi. Miyabi pun direncanakan akan mengambil gambar di Indonesia pada 15 – 22 Oktober 2009.
Maxima Pictures percaya diri rencana film garapannya, Menculik Miyabi dapat membawa keuntungan. Mereka mencoba menggandeng penulis buku kesohor, Raditya Dika sebagai penulis skenario. Radit pun mencoba menulis skenario dengan sebaik-baiknya.
Hasilnya cerita terkait gadis Jepang yang merantau ke Indonesia untuk berbisnis pun muncul. Tokoh gadis Jepang itu akan diperankan oleh Maria Ozawa atau Miyabi. Nantinya, akan ada tiga mahasiswa yang sedang kebingungan untuk memberikan hadiah ke pacar mereka.
Mereka lalu datang ke toko Miyabi Lingerie. Kedatangannya itu membuat mereka justru fokus kepada kecantikan penjaga toko. Mereka terobsesi dengan penjaga toko hingga keinginan menculik itu muncul. Jalan cerita itu menjadi bukti bahwa rencana kehadiran Miyabi ke Indonesia bukan untuk memainkan film vulgar. Film itu bertajuk drama komedi.
Maxima Pictures meyakini sensasi komedinya dapat dirasakan oleh penonton dari awal cerita. Rencana pengambilan gambar pun dimatangkan. Miyabi sendiri direncanakan akan datang ke Indonesia pada 15-22 Oktober 2009 untuk pengambilan gambar.
Maxima Pictures pun berbangga. Proses pengambilan gambar dianggap akan berjalan tanpa kendala. Namun, harapan tinggal harapan. Rencana itu mencuat ke khalayak umum. Kedatangan Miyabi pun mendapatkan kecaman dari sana-sini.
Miyabi dianggap memiliki citra yang buruk sebagai bintang porno. Kedatangannya dianggap akan menjadi muara hadirnya keburukan-keburukan lain hadir di Indonesia. Maxima Pictures bahkan diminta untuk tak melanjutkan proyek film itu.
"Kalau bertentangan dengan norma masyarakat, kita harus mempertimbangkan ulang. Tapi kalau memang enggak ya tidak apa-apa. Semua kembali ke rasa masyarakat. Paradigma kita kan bukan paradigma mengatur."
"Tapi kalau ada hal-hal yang secara formal bertentangan, ya kita kembali ke paradigma UU Perfilman," ucap Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Wahid Hamid sebagaimana dikutip laman detikcom, 19 September 2009.
Baca juga:
- Memori Peristiwa G30S: Jakarta Mencekam dan Evakuasi Keluarga Bung Karno ke Bandung
- Mendikbud Larang Siswa SD dan SMP Nonton Film G30S/PKI dalam Memori Hari Ini, 27 September 2017
- Kisah Baju Kotak-kotak: Gimik Politik Jokowi dan Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta 2012
- Pemerintah Serius Hadirkan Kartu Prakerja dalam Memori Hari Ini, 26 September 2019
Rencana kedatangan Miyabi sampai ke telingga MUI. Mereka mengecam tak setuju dengan diberinya karpet merah main film ke Miyabi. MUI mengungkap kedatangan Miyabi dapat merusak citra bangsa Indonesia pada 28 September 2009.
MUI memahami jika industri film butuh mencari keuntungan. Namun, jika mereka mencari keuntungan dengan cara merusak moral anak muda Indonesia tentu tak dapat dianggap benar. Padahal, banyak cara lain untuk dapat meningkatkan animo penonton, tanpa harus menonjolkan bintang porno atau adegan vulgar.
"Seperti kita tahulah 'pengalaman' artis asal Jepang itu, dia merupakan bintang film porno di negaranya, yang kita takuti akan menjadi idola ABG zaman sekarang, yang mana itu bisa merusak citra bangsa dan moral anak muda.”
"Ya namanya orang jualan menginginkan untung, ya tapi kalau ingin meraih keuntungan besar tidak begini caranya. Kenapa harus mengundang dia? Kan banyak cara lain. Tidak seperti ini yang berakibat negatif," tegas Ketua MUI, Amidhan sebagaimana dikutip laman kapanlagi.com, 28 September 2009.