Negosiasi Keanggotaan Uni Eropa Terhenti, Turki Lirik BRICS dan ASEAN
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan pada Hari Rabu, Ankara tengah berupaya untuk mendiversifikasi pilihannya terkait aliansi global, yang memunculkan ambisi jangka panjang untuk menjadi anggota Uni Eropa.
Di tengah berkembangnya rumor Turki ingin bergabung dengan aliansi BRICS, Menlu Fidan mengatakan minat tersebut tidak akan ada jika Turki sudah menjadi negara anggota Uni Eropa.
"Turki bertindak berdasarkan niat baik sehubungan dengan ambisinya untuk menjadi anggota penuh UE," sejak mengajukan permohonan untuk bergabung dengan blok tersebut pada tahun 1987, kata Menlu Fidan, tetapi kemudian negosiasi terhenti, dilansir dari Euro News 19 September.
"Jika integrasi ekonomi kita dengan Uni Eropa telah dimahkotai dengan keanggotaan, yang sekarang (hanya) pada tingkat Serikat Pabean, mungkin kita tidak akan melakukan pencarian seperti itu," kata Menlu Fidan kepada Anadolu pada Hari Kamis.
Sekarang, Ankara tengah mempertimbangkan pilihan lain, seperti BRICS dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
"Kami tidak hanya mengincar BRICS, tapi juga ASEAN, yang juga ingin kami ajak untuk bekerja sama," lanjut diplomat tertinggi Turki tersebut, dikutip dari TASS.
Menurutnya, Turki juga berada di pusat Kerjasama Ekonomi Laut Hitam dan asosiasi-asosiasi Islam, termasuk Organisasi Delapan Negara Berkembang (D-8) untuk Kerjasama Ekonomi.
"Melihat asosiasi-asosiasi ini dari sudut pandang skala dan potensi pasar mereka, akan lebih mudah untuk bertindak dalam bekerja sama dengan mereka ketika kebutuhan untuk integrasi yang lebih besar muncul," katanya.
Dengan menyatakan "setiap negara harus membentuk aliansi ekonomi, keamanan, dan politik," diplomat tinggi Turki itu menunjuk pada apa yang disebutnya sebagai "praktik kenegaraan kuno Turki," yang juga mencakup "tradisi yang sangat kuat dalam membentuk aliansi".
"Kami melihat matriks kekuatan terus berkembang, terutama di dunia saat ini di mana terdapat sekitar 200 negara-bangsa," imbuh Fidan.
"Tidak ada negara yang memiliki kesempatan untuk menangani krisis di dunia tanpa membentuk aliansi, yaitu, tanpa membayar harga yang sangat mahal," tambahnya.
BRICS menyatakan tujuannya adalah untuk memperkuat suara negara-negara ekonomi berkembang utama untuk mengimbangi tatanan global yang dipimpin Barat.
Didirikan pada tahun 2006, BRICS mencakup Rusia, Brasil, India, dan Tiongkok, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010. Baru-baru ini, BRICS diperluas hingga mencakup Iran, Mesir, Ethiopia dan Uni Emirat Arab. Saat ini, Rusia memegang presidensi bergilir BRICS.
Baca juga:
- Komandan Pasukan Khusus Akhmat Chechnya Klaim Pasukan Rusia Sukses Rebut Dua Desa di Kursk
- Sambungan Hayabusa dan Komachi Terlepas, Layanan Tohoku Shinkansen Sempat Terhenti
- Pengadilan Turki Penjarakan 37 Orang yang Dituduh Bekerja untuk Badan Intelijen Israel Mossad
- Otoritas AS Tuding Peretas Iran Kirim Materi Kampanye Donald Trump yang Dicuri ke Kubu Presiden Biden lewat Email
Tahun ini, KTT puncak BRICS akan digelar di Kazan, Rusia pada Bulan Oktober. Perwakilan Turki diperkirakan akan hadir.
Di sisi lain, Barat sering melihat BRICS sebagai kemungkinan penangkal NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), yang mana Turki merupakan salah satu anggotanya.