Pemimpin Oposisi Venezuela Tiba di Spanyol untuk Cari Suaka, Diplomat UE: Hari Menyedihkan Bagi Demokrasi

JAKARTA - Kandidat presiden Venezuela dari kelompok oposisi Edmundo Gonzalez tiba di Spanyol, usai ia terbang terbang dari negaranya pada Hari Minggu untuk mencari suaka, di tengah krisis politik dan diplomatik terkait hasil pemilihan umum Bulan Juli yang disengketakan.

Gonzalez tiba di Pangkalan Militer Torrejon de Ardoz bersama istrinya di Provinsi Madrid, kata Kementerian Luar Negeri Spanyol dalam sebuah pernyataan.

Dalam rekaman yang diperoleh Reuters setelah Gonzalez tiba di Spanyol, ia mengatakan bahwa kepergiannya dari Caracas "dikelilingi oleh tekanan, paksaan, dan ancaman."

"Saya percaya kami akan segera melanjutkan perjuangan untuk kebebasan dan kembalinya demokrasi di Venezuela," kata Gonzalez, seperti dilansir 9 September.

Kepindahan Gonzalez ke Spanyol menandai perubahan mengejutkan lainnya dalam nasib mantan diplomat tersebut yang keluar dari masa pensiun dan mengambil alih pencalonan pada Bulan Maret, awalnya sebagai pengganti setelah pemimpin oposisi Maria Corina Machado dan kemudian pengganti lainnya tidak dapat mencalonkan diri.

Machado mengonfirmasi di X bahwa Gonzalez kini berada di Spanyol, seraya menambahkan bahwa ia melarikan diri untuk melindungi "kebebasan, integritas, dan hidupnya".

"Meningkatnya ancaman, panggilan, surat perintah penangkapan, dan bahkan upaya pemerasan dan pemaksaan yang dialaminya menunjukkan bahwa rezim tersebut tidak memiliki keraguan atau batasan dalam obsesinya untuk membungkamnya dan mencoba menghancurkannya," tulisnya.

Gonzalez akan terus berjuang untuk oposisi dari Spanyol, sementara ia akan terus melakukannya di Venezuela, kata Machado, dan bersumpah ia akan dilantik pada 10 Januari 2025, saat masa jabatan presiden berikutnya dimulai.

Kepergian pria berusia 75 tahun itu - yang dipandang oleh AS, Uni Eropa, dan kekuatan lain di kawasan itu sebagai pemenang pemungutan suara yang disengketakan - terjadi seminggu setelah otoritas Venezuela mengeluarkan surat perintah penangkapan, menuduhnya melakukan konspirasi dan kejahatan lainnya.

"Hari ini adalah hari yang menyedihkan bagi demokrasi di Venezuela," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.

"Dalam demokrasi, tidak ada pemimpin politik yang boleh dipaksa mencari suaka di negara lain," lanjutnya.

Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez mengatakan di Instagram, pihak berwenang telah memberikan Gonzalez jalan yang aman dalam upaya untuk memulihkan "perdamaian politik".

Sedangkan Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan tidak ada pembicaraan resmi dengan pemerintah Venezuela mengenai keluarnya Gonzalez.

Gonzalez "tetap menjadi harapan terbaik bagi demokrasi," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah unggahan di platform pesan X.

"Kita tidak boleh membiarkan Maduro dan para wakilnya berpegang teguh pada kekuasaan dengan kekerasan," katanya.

Terpisah, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares mengatakan kepada TV Spanyol, ia telah memberi tahu Gonzalez "setiap orang yang integritas fisik atau hak-hak fundamentalnya mungkin terancam akan disambut di Spanyol dan kedutaan besarnya."

Ia menambahkan, kepindahannya ke Spanyol telah direncanakan selama berhari-hari dan kementerian luar negeri mengatakan proses suaka Gonzalez sekarang akan dimulai.

Gonzalez diketahui telah mencari perlindungan di Belanda dan kemudian kedutaan Spanyol di Venezuela setelah pemilihan, kata pejabat Belanda dan Venezuela.

Pemimpin oposisi Venezuela Edmundo Gonzalez saat menyapa pendukungnya. (Twitter/@EdmundoGU)

Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp mengatakan dalam surat kepada parlemennya pada Hari Minggu, Gonzalez telah segera meminta perlindungan di kedutaan Belanda sehari setelah pemilihan.

"Pada awal September, Edmundo Gonzalez mengindikasikan dia ingin pergi dan melanjutkan perjuangannya dari Spanyol", Veldkamp menambahkan.

Pejabat Spanyol, termasuk mantan Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero, yang terkait dengan hubungan diplomatik di negara Amerika Selatan di masa lalu, terlibat dalam negosiasi selama seminggu dengan otoritas Venezuela agar Gonzalez meninggalkan negara itu, sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters dengan syarat anonim.

Izin Presiden Maduro untuk kepergian Gonzalez meskipun ada surat perintah penangkapan yang dihadapinya, dapat melunakkan beberapa kritik internasional yang keras baru-baru ini terhadapnya.

Machado, bagaimanapun, masih menjadi subjek penyelidikan dan sebagian besar telah diasingkan di lokasi yang tidak diketahui sejak pemungutan suara, hanya muncul sesekali untuk memimpin unjuk rasa.

Kepergian Gonzalez terjadi kurang dari 24 jam setelah pasukan keamanan mengepung bekas kedutaan besar Argentina di Caracas, yang sekarang dilindungi oleh Brasil, tempat enam staf oposisi berlindung sejak surat perintah dikeluarkan untuk mereka pada Bulan Maret.

Jaksa Agung Tarek Saab, yang bertemu dengan pengacara Gonzalez minggu ini dan yang telah menjadi salah satu penuduh oposisi yang paling keras, dalam konferensi pers pada Hari Minggu mengatakan, pemerintah mengetahui "saat yang tepat" Gonzalez memasuki kedutaan besar Spanyol dan setuju untuk memberinya jalan yang aman untuk meninggalkan negara itu.

Sebelumnya, oposisi Venezuela mengatakan pemilihan umum pada 28 Juli menghasilkan kemenangan gemilang bagi Gonzalez, menerbitkan penghitungan suara daring yang menurut mereka menunjukkan bahwa ia menang.

Sementara, petahana Presiden Nicolas Maduro telah menepis semua pernyataan tersebut dan mengatakan ada rencana sayap kanan untuk menyabotase pemerintahannya.