Razer Jual Masker Canggih, Ada RGB!

JAKARTA - Bagaimana jadinya jika produsen gawai gaming memproduksi alat kesehatan? Yang terbayang tentu saja produk dengan tampilan kece dan menawan. Dan menggunakan masker pintar RGB milik Razer, Anda bisa wujudkan imajinasi tampilan layaknya ninja.

Salah satu konsep produk yang ditawarkan Razer pada event CES awal tahun ini adalah masker berteknologi tinggi dengan lampu RGB. Oleh produsen perangkat gaming tersebut produk ini diberi nama Project Hazel.

Dibandingkan masker pintar dari produsen lain, masker dari Razer tersebut memang dibekali lebih banyak teknologi. Tapi, alih-alih berakhir sebagai impian belaka, banyak pihak memprediksi kalo perusahaan bakal mewujudkannya.

Dan benar saja. Pekan lalu, CEO Razer Min Liang Tan mengungkapkan pada Yahoo Finance bahwa pihaknya berencana memproduksi masal Project Hazel.

Melihat tampilannya, kita akan mendapat kesan produk yang terinspirasi oleh karakter ninja dari Blade Runner. Bedanya, wajah pengguna terlihat lebih gahar berkat pencahayaan RGB. Tak hanya itu, mulut pengguna pun bisa terlihat berkat penerapan sampul transparan.

Pengguna juga tak perlu merisaukan kemungkinan suara terdengar lebih rendah. Pasalnya, Razer sudah menambahkan mikrofon dan speaker internal. Sehingga, berbicara pun bakal terdengar lebih lantang.

Menurut penjelasan Liang Tan, produk yang masih belum diberi nama ini diharapkan bakal seefektif masker N95 dalam menyaring partikel bakteri. Apalagi perusahaan juga sudah menambahkan pod efisiensi penyaringan yang mampu menyaring 95 persen partikel di udara.

Masker Razer ini juga bakal dihiasi tali yang bisa disesuaikan agar menciptakan ruang kedap udara di dalam masker. Di samping itu, terdapat pula saluran pembuangan yang bakal mengeluarkan CO2 serta membawa udara segar.

Sayangnya, Min-Liang enggan membagi informasi terkait kapan pihaknya mulai memproduksi masker canggih tersebut. Hanya saja, Min-Liang mengungkapkan alasan yang membuat Razer memutuskan untuk memproduksi masal.

Menurut Min-Liang, pihaknya menyadari bahwa masyarakat masih percaya dan terbiasa mengenakan masker. Meskipun vaksinasi sudah dilakukan secara masal di beberapa negara, masker dianggap sebagai langkah pencegahan ekstra.

Di samping itu, masih ada pula beberapa negara yang belum bisa membagikan vaksin kepada seluruh warganya. Bisa karena populasi yang terlalu besar, atau alasan lain. Dan hal itu pula yang membuat para wisatawan mengandalkan masker untuk perlindungan selama satu hingga dua tahun ke depan.

“Berdasarkan temuan itu, kami akan melanjutkan dan mengembangkan aspek keberlanjutan –yang merupakan hal besar bagi kami,” pungkasnya.