Pasien Cacar Monyet di Rumah Sakit Republik Demokratik Kongo Kekurangan Obat dan Makanan

JAKARTA - Puluhan pasien yang demam berbaring di kasur tipis di lantai bangsal isolasi mpox (cacar monyet) darurat di Republik Demokratik Kongo timur, sementara pekerja rumah sakit yang kewalahan berjuang mengatasi kekurangan obat dan kurangnya ruang untuk menampung pasien.

Kongo adalah episentrum wabah mpox yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat global bulan lalu.

Vaksin akan tiba dalam beberapa hari untuk melawan jenis virus baru. Sementara, Presiden Felix Tshisekedi telah mengizinkan pencairan dana awal sebesar 10 juta dolar AS untuk melawan wabah tersebut.

Namun di kompleks rumah sakit di Kota Kavumu, tempat 900 pasien bergejala telah dirawat selama tiga bulan terakhir, petugas kesehatan sangat membutuhkan dukungan.

"Kami kehabisan obat setiap hari," kata kepala dokter Musole Mulamba Muva, melansir Reuters 2 September.

"Ada banyak tantangan yang harus kami atasi dengan cara-cara lokal," katanya, seraya mencatat bahwa sumbangan dari organisasi internasional menyusut dengan cepat.

Minggu lalu, ada 135 pasien di bangsal mpox. Anak-anak dan orang dewasa, berdesakan di antara tiga tenda plastik besar yang didirikan di tanah lembap tanpa penutup lantai.

Keluarga yang biasanya menyediakan sebagian besar makanan di fasilitas umum yang kekurangan dana seperti rumah sakit Kavumu, dilarang mengunjungi bangsal mpox untuk menghindari kontaminasi.

"Kami tidak punya apa-apa untuk dimakan," kata Nzigire Lukangira, ibu berusia 32 tahun dari seorang balita yang dirawat di rumah sakit.

"Ketika kami meminta sesuatu untuk menurunkan suhu anak-anak kami, mereka tidak memberi kami apa pun," katanya, sambil membujuk putrinya untuk memasukkan madu ke dalam mulut.

Sementara itu, kepala tim tanggap mpox Kongo Cris Kacita, mengakui sebagian wilayah negara Afrika tengah yang luas itu kekurangan obat-obatan, dengan pengiriman sumbangan, termasuk 115 ton obat-obatan dari Bank Dunia, merupakan prioritas.

Seperti ibu-ibu lain di bangsal mpox Kavumu, Lukangira mulai berimprovisasi dengan obat tradisional untuk meredakan nyeri bayinya. Mereka mencelupkan jari mereka ke dalam kalium bikarbonat atau air jeruk lemon asin dan memecahkan lepuh anak-anak mereka. Pasien dewasa melakukan hal yang sama pada diri mereka sendiri.

Sebagian besar kasus berasal dari kota itu sendiri dan desa-desa sekitarnya. Dua bangsal mpox darurat lainnya telah didirikan di daerah tersebut.

Terpisah, perwakilan kementerian kesehatan setempat, dokter Serge Munyau Cikuru, meminta pemerintah untuk terus mendorong vaksinasi.

Kacita mengatakan, kontak berisiko tinggi dan sembilan area prioritas telah diidentifikasi untuk tahap vaksinasi pertama.

Ada 19.710 kasus dugaan mpox yang dilaporkan sejak awal tahun di Kongo hingga 31 Agustus, menurut kementerian kesehatan. Dari jumlah tersebut, 5.041 kasus terkonfirmasi dan 655 kasus meninggal dunia.