Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan data kasus konfirmasi cacar monyet atau Mpox terbaru di Indonesia mencapai 88 kasus sepanjang 2022-2024. Akankah kasus mpox semengerikan seperti ketika pandemic COVID-19?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat global. Ini adalah kedua kali WHO mengeluarkan pernyataan serupa dalam kurun dua tahun.

WHO mengambil langkah ini menyusul adanya peningkatan signifikan kasus mpox di Republik Demokratik Kongo yang menyebar ke negara-negara tetangga.

Ilustrasi - Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet kepada masyarakat di Puskesmas. (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc/pri)

Guna merespons penetapan tersebut, Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Yudhi Pramono menegaskan, Indonesia akan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk menghadapi potensi penyebaran mpox.

"Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan langkah-langkah kesiapsiagaan serta respons terhadap Mpox yang telah kembali ditetapkan sebagai PHEIC oleh WHO," ujar Yudhi.

Darurat Kesehatan Kedua

Cacar monyet kembali menjadi pemberitaan akhir-akhir ini setelah WHO menetapkan wabah mpox di beberapa wilayah Afrika sebagai darurat kesehatan masyarakat.

Badan kesehatan masyarakat Swedia mencatat kasus pertama dari jenis mpox yang lebih berbahaya. Swedia menjadi negara pertama di luar benua Afrika yang melaporkan varian mpox Clade 1. Orang tersebut terinfeksi selama tinggal di suatu wilayah di Afrika yang saat ini tengah dilanda wabah besar mpox Clade 1.

Menurut Olivia Wigzell, kepala badan kesehatan masyarakat Swedia, orang yang terinfeksi itu telah mendapat perawatan di Stockholm.

"Orang yang terpapar itu terinfeksi selama tinggal di suatu wilayah di Afrika yang sedang dilanda wabah besar mpox Klade 1," kata Olivia dalam konferensi pers.

Tangkapan layar - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono (kiri) dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panitia Kerja Pengawasan Produk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji dengan Kandungan Gula, Garam, Lemak Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/7/2024). (ANTARA/Tri Meilani Ameliya/aa.)

Temuan di Swedia merupakan perkembangan yang sangat mengkhawatirkan, menurut Dr Brian Ferguson, Associate Professor Imunologi di University of Cambridge. Meski begitu, ia mengatakan temuan ini bukan sesuatu yang mengejutkan karena penyebaran wabah mpox di Afrika sedang parah-parahnya.

Cacar monyet telah menewaskan setidaknya 450 orang di Republik Demokratik Kongo. Dengan cepat penyakit ini menyebar ke seluruh wilayah Afrika tengah dan timur, dan para ilmuwan mulai mengkhawatirkan soal seberapa cepat varian baru penyakit ini menyebar dan tingkat kematiannya yang tinggi.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bahkan menyebut potensi penyebaran lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan.

Terpusat di Republik Demokratik Kongo

Mpox merupakan penyakit kulit yang dapat menular. Mpox berasal dari infeksi virus yang menyebabkan penyakit seperti cacar, dan biasanya disebut penyakit cacar monyet.

Mengutip AI Care, cacar monyet pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di sebuah laboratorium penelitian monyet di Denmark. Saat itu wabah cacar melanda sejumlah monyet yang dipelihara di laboratorium untuk kebutuhan penelitan.

Sedangkan pada manusia, kasus ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu, cacar monyet mewabah di beberapa negara di Afrika, dan negara-negara di Amerika Serikat dan Asia juga melaporkan kasus cacar monyet pada manusia.

Di Republik Demokratik Kongo, terdapat ribuan kasus dan ratusan kematian akibat penyakit ini tiap tahunnya. Anak-anak di bawah 15 tahun terdampak paling parah.

Kasus persebaran cacar monyet atau mpox di Indonesia. (Kemenkes RI)

WHO menyebut dua tipe utama cacar monyet, yaitu Clade 1 dan Clade 2. Saat menetapkan darurat kesehatan global terhadap cacar monyet untuk pertama kali pada 2022, penyebabnya adalah Clade 2 yang relatif lebih aman.

Saat itu penyakit yang menyebar ke hampir 100 negara, termasuk beberapa negara Eropa dan Asia, dapat dikendalikan dengan memberi vaksin pada kelompok rentan.

Namun situasinya berbeda sekarang. Menurut WHO, wabah kali ini didominasi Clade 1 yang jauh lebih mematikan. Varian ini telah membunuh hingga 10 persen orang yang terkena cacar monyet.

Seorang ilmuwan menyebut varian baru ini dilabeli yang paling berbahaya.

Meningkatkan Kewaspadaan Negara

Di tengah kekhawatiran WHO soal varian Clade yang lebih memastikan, Yudhi Pramono dalam konferensi persnya memastikan bahwa kasus terakhir yang ditemukan pada Juni lalu masuk Clade 2.

Yudhi menambahkan, pasien-pasien lain yang ditemukan sebelumnya juga tidak menunjukkan varian Clade 1.

Meski WHO menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat global dan perlu menjadi perhatian internasional, namun penyakit ini bukan COVID baru, menurut Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge.

"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade 1, yang menjadi penyebab wabah yang sedang berlangsung di Afrika Timur dan Tengah, atau cacar Clade 2, yang memicu wabah tahun 2022 yang awalnya berdampak di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Kluge, menjelaskan berbagai varian penyakit tersebut.

"Berdasarkan apa yang kami ketahui, mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks,” lanjutnya.

Tujuan dikeluarkannya pernyataan darurat kesehatan global adalah agar semua negara waspada dan siap andai kasus mpox masuk ke wilayah mereka.

Kluge menegaskan WHO tahu cara mengendalikan mpox, termasuk di kawasan Eropa, termasuk langkah apa saja yang diperlukan untuk memberantas penularannya.