Menhan Gallant Desak PM Israel Selesaikan Kesepakatan Gencatan Senjata untuk Memulangkan Sandera di Gaza
JAKARTA - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Minggu untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, guna membawa pulang sandera yang tersisa dari Jalur Gaza, saat enam jenazah yang diculik dalam serbuan Oktober lalu dipulangkan.
"Sudah terlambat bagi para korban penculikan yang dibunuh dengan kejam. Para korban penculikan yang masih ditawan Hamas harus dipulangkan," katanya di platform media sosial X, melansir Reuters 1 September.
"Kabinet politik-keamanan harus segera bersidang dan membatalkan keputusan yang dibuat pada hari Kamis," katanya, mengacu pada keputusan kabinet untuk bersikeras mempertahankan pasukan di apa yang disebut koridor Philadelphia, di sepanjang tepi selatan Gaza.
Pada Hari Minggu, PM Netanyahu mengatakan Israel berkomitmen untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan. Tetapi, ia menyalahkan Hamas karena menolak menerima proposal yang disetujui dengan Amerika Serikat.
Ia mengatakan pembunuhan enam sandera, sesaat sebelum mereka ditemukan oleh pasukan Israel di sebuah terowongan di bawah kota Rafah di Gaza selatan, menunjukkan Hamas tidak tertarik untuk menghentikan pertempuran.
"Siapa pun yang membunuh sandera tidak tertarik pada kesepakatan," katanya dalam sebuah pernyataan setelah pengembalian jenazah keenam sandera.
Kegigihan PM Netanyahu untuk mempertahankan pasukan di koridor tersebut guna mencegah Hamas menyelundupkan senjata dari Mesir, secara luas dipandang sebagai salah satu hambatan utama bagi kesepakatan dengan Hamas dalam pembicaraan yang ditengahi oleh Mesir dan Qatar.
Media Israel melaporkan, Menhan Gallant menghadapi PM Netanyahu dengan marah selama rapat kabinet terkait masalah koridor Philadelphia pada Hari Kamis pekan lalu, memperingatkan waktu hampir habis untuk kesepakatan penyanderaan.
Diketahui, Menhan Gallant telah berulang kali berselisih dengan PM Netanyahu dan menteri nasionalis garis keras, terkait perlunya mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan membawa kembali para sandera yang tersisa dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Baca juga:
- Negara Ini akan Buru Gajah, Zebra hingga Kuda Nil: Dagingnya untuk Warga yang Terdampak Kekeringan
- Arkeolog AS Tewas Tenggelam Setelah Replika Kapal Viking yang Ditumpanginya Terbalik saat Ekspedisi
- Balita Ini Tidak Sengaja Pecahkan Guci Zaman Perunggu Berusia 3.500 di Museum
- Ada Kesalahan Sistem: 300 Penumpang Beli Tiket Pesawat Kelas Satu Seharga Rp295 Juta cuma Rp52 Juta
Sekitar sepertiga dari 101 tawanan Israel dan asing yang masih berada di Gaza diyakini telah tewas, sementara nasib yang lainnya tidak diketahui.
Diketahui, sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya ditangkap sebagai sandera, akibat serbuan kelompok militan yang dipimpin Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menurut perhitungan Israel, seperti mengutip Reuters.
Itu dibalas dengan operasi darat dan udara Israel. Otoritas kesehatan di Gaza mengumumkan pada Hari Minggu, korban tewas warga Palestina sejak konflik terbaru pecah telah mencapai 40.738 orang, sementara korban luka-luka mencapai 94.154 orang, seperti dikutip dari Xinhua.