Melihat Sisi .Feast yang Lebih Personal di Album Membangun & Menghancurkan
JAKARTA - Setelah lebih dulu memperkenalkan tiga single, yaitu “Konsekuens”, “Politik”, dan “Nina”, .Feast akhirnya resmi merilis album studio ketiga dengan tajuk “Membangun & Menghancurkan” hari ini, Jumat, 30 Agustus.
Lewat album baru, band beranggotakan Baskara Putra (vokal), Adnan Satyanugraha (gitar), Dicky Renanda (gitar) dan Fadli Fikriawan (bass), bekerja sama dengan beberapa produser musik yang sudah dikenal baik, antara lain Laleilmanino, Lafa Pratomo dan Iga Massardi.
Tiga nama produser di atas belum mewakili seluruh lagu yang dihadirkan .Feast. Dari 15 lagu yang ada di album baru, mereka melibatkan 12 produser dengan karakter musik yang berbeda.
“Keberadaan produser yang banyak ini bikin kami menemukan perspektif baru dalam mengerjakan album ini yang sangat kami butuhkan setelah 10 tahun lebih berjalannya .Feast,” kata Fadli Fikriawan yang akrab disapa Awan, melalui siaran pers kepada VOI.
Berbeda dari materi album sebelumnya yang memuat isu-isu sosio-politik, kali ini .Feast ingin lebih personal dengan lirik yang bicara mengenai menjadi orang tua, kematian, hedonisme, hasrat, serta kebencian terhadap diri sendiri.
“Waktu muda, lagu-lagu kami membahas apapun secara makro walaupun itu di luar kapasitas kami. Kami melihat itu sebagai apa yang ingin kami suarakan. Sekarang lebih ke pandangan mikro tentang apa yang ada di sekitar kami dan di depan mata kami,” ucap Adnan.
Salah satu kisah personal ada di lagu “Nina” yang diproduseri Vega Antares. Lagu ini merupakan persembahan Adnan untuk putrinya.
Selain itu, ada lagu “Arteri” dengan Laleilmanino sebagai produser, yang bicara petualangan dunia malam di masa muda Dicky Renanda.
Baca juga:
“Album ini membicarakan kisah perjalanan kami, jadi banyak juga nostalgia yang terjadi selama menulis lagu-lagunya,” ujar Dicky.
Jika lirik .Feast di masa lalu mencerminkan amarah dan kekecewaan terhadap dunia luar, maka pada album Membangun & Menghancurkan, amarah dan kekecewaan itu lebih banyak ditujukan ke diri mereka sendiri.
Meski album ini tidak direncanakan pada awalnya, Baskara cs mengaku bangga dengan kehadiran karya baru mereka ini.
“Album ini monumental banget bagi gue pribadi. Setelah berbagai masalah menghantam terus, ini seakan set ulang semua hal di kami, termasuk pola pikir, cara kerja dan pertemanan,” kata Dicky.
“Walaupun secara usaha jauh lebih berat dibanding sebelum-sebelumnya, terutama ketika memutuskan untuk mengulang hampir semua materinya, album ini keseruannya seperti mengerjakan album pertama dan mengembalikan rasa yang sudah hilang setelah beberapa tahun belakangan,” tandas Awan.