Menlu Rusia Lavrov: Kami Menegaskan Sekali Lagi, Bermain Api Sangat Berbahaya
JAKARTA - Rusia mengatakan Barat bermain api dengan mempertimbangkan untuk mengizinkan Ukraina menyerang jauh ke Rusia dengan rudal Barat, memperingatkan Amerika Serikat pada Hari Selasa, Perang Dunia Ketiga tidak akan terbatas di Eropa.
Ukraina menyerang wilayah Kursk di Rusia bagian barat pada tanggal 6 Agustus, menguasai sebagian wilayah dalam serangan asing terbesar terhadap Rusia sejak Perang Dunia Kedua.
Menanggapi itu, Presiden Vladimir Putin mengatakan akan ada tanggapan yang pantas dari Rusia terhadap serangan tersebut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, Barat berusaha untuk meningkatkan perang Ukraina dan "mencari masalah" dengan mempertimbangkan permintaan Kyiv untuk melonggarkan pembatasan penggunaan senjata yang dipasok asing.
"Kami kini menegaskan sekali lagi bahwa bermain api, dan mereka seperti anak kecil yang bermain korek api, adalah hal yang sangat berbahaya bagi paman dan bibi dewasa yang dipercayakan dengan senjata nuklir di satu atau beberapa negara Barat," kata Menlu Lavrov kepada wartawan di Moskow, dilansir dari Reuters 28 Agustus.
"Orang Amerika dengan tegas mengaitkan pembicaraan tentang Perang Dunia Ketiga sebagai sesuatu yang, amit-amit, jika itu terjadi, akan memengaruhi Eropa secara eksklusif," tandasnya.
Menlu Lavrov menambahkan, Rusia sedang "mengklarifikasi" doktrin nuklirnya.
Baca juga:
- Kim Jong-un Tinjau Uji Coba Peluncur Roket Ganda Korea Utara dengan Sistem Pemandu Baru
- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: Wilayah Kursk Bagian dari Rencana Kemenangan Kami
- Singgung Penahanan Pavel Durov, Khamenei Iran: Perlu Ada Undang-undang untuk Mengatur Dunia Maya
- INA-LAC 2024 Digelar di Peru, Dorong Percepatan Pembahasan IP-CEPA?
Doktrin nuklir Rusia tahun 2020 menetapkan kapan presidennya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir: secara umum sebagai respons terhadap serangan yang menggunakan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya atau senjata konvensional "ketika keberadaan negara terancam".
Diketahui, sejak menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Preisden Putin telah berulang kali memperingatkan tentang risiko perang yang jauh lebih luas yang melibatkan kekuatan nuklir terbesar di dunia, meskipun Ia mengatakan Rusia tidak menginginkan konflik dengan aliansi NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) yang dipimpin Amerika Serikat.