Sejarah Hari Ini, Para Petani Kulit Putih Dibunuh dalam Rangkaian Konflik Rasial Politik di Zimbabwe
JAKARTA - Pada 28 Maret 2000, seorang pria tua dan anaknya tewas ditembak beberapa jam sebelum Presiden Robert Mugabe mengatakan pada pimpinan partai berkuasa bahwa orang-orang tengah berperang dengan para pemilik tanah berkulit putih. Pembantaian itu jadi bagian dari kekacauan rasial yang mendera Zimbabwe dalam periode itu.
Henry Elsworth, pria 70 tahun adalah mantan anggota parlemen. Ia ditembak di depan anaknya, Ian Elsworth oleh tiga pria bersenjata semi-otomatis.
Dilansir The Guardian, Ian menceritakan peristiwa itu dengan penuh luka dari ranjang rumah sakit. Saat itu ia tengah membukakan gerbang untuk sang ayah.
"Dia (Henry) berkata, 'Tolong berhenti, kami akan meninggalkan Zimbabwe besok. Kami akan pergi'," Ian mencontoh Henry.
"Dia adalah orang tua tak berdaya dengan kruk dan mereka menembak jatuh dia," tambah Ian.
Ian, yang terkena sembilan peluru di kaki menyeret Henry ke selokan, tempat di mana Henry meninggal sekitar sepuluh menit kemudian. Tak ada pertolongan. Bantuan datang dua jam kemudian.
Sesaat sebelum menjalani operasi untuk mengeluarkan peluru-peluru dari tubuhnya, Ian menyebut pembunuhan ayahnya bermotif politik karena ayahnya adalah pendukung aktif oposisi Gerakan untuk Perubahan Demokratik (MDC).
Pembunuhan rasial politik
Henry adalah mantan anggota parlemen. Dalam periode pembantaian rasial politik itu, Henry jadi petani keenam yang tewas sejak pemerintah mengirim veteran bersenjata untuk merebut tanah milik orang kulit putih.
Sekitar 30 aktivis dan pendukung oposisi juga tewas dalam kekerasan politik yang disponsori negara. Istri Henry bersaksi para pelaku adalah veteran perang yang telah menempati sebagian lahan pertanian mereka.
"Saya hanya melihat satu dari mereka. Tetapi saya pikir mereka adalah veteran perang yang ada di pertanian kami. Saya yakin mereka ingin membunuh kami karena afiliasi kami dengan MDC. Orang-orang ini jahat. Mereka bahkan tidak peduli dengan penderitaan mereka," kata istri Henry.
"Tahun depan kita akan kekurangan pangan. Mereka tidak peduli. Mereka hanya mau mengisi kantong mereka yang lengket selagi bisa," tambahnya.
Pernyataan perang Presiden Mugabe
Pembunuhan itu terjadi beberapa jam sebelum Presiden Robert Mugabe mengatakan kepada pimpinan partai berkuasa bahwa orang-orang tengah berperang dengan para pemilik tanah kulit putih.
Beberapa jam setelah pembunuhan, Mugabe mengatakan pada anggota komite pusat Zanu-PF bahwa yang dilakukan Serikat Petani Komersial (CFU) --yang sebagian besar anggotanya berkulit putih-- untuk menghentikan redistribusi tanah pertanian sebagai tindakan perang.
"Mari kita bawa pulang para petani komersial CFU bahwa mereka telah menyatakan perang terhadap rakyat Zimbabwe yang memiliki setiap tekad untuk menang," kata Mugabe.
Yang disampaikan Mugabe saat itu bukan peringatan pertamanya untuk CFU. Sepekan sebelumnya Mugabe juga mendesak petani kulit putih melanjutkan redistribusi lahan pertanian. Jika tidak, mereka akan diusir dari Zimbabwe.
"Saya mengimbau para petani untuk membuang omong kosong memerjuangkan masalah tanah di pengadilan, karena itu akan membuat kami semakin marah. Jika petani tidak bisa harmonis, maka kami akan meminta mereka untuk meninggalkan negara kami secara harmonis," kata Mugabe.
Awalnya CFU menghindari konfrontasi langsung dengan pemerintah. Namun, mereka kemudian memenangi keputusan pengadilan tertinggi yang mengamanatkan redistribusi tanah dan invasi yang dikehendaki pemerintahan Mugabe ilegal. Pengadilan juga memerintahkan pemerintahan Mugabe menyingkirkan veteran perang dan banyak penghuni liar dari lahan-lahan pertanian warga kulit putih.
Rangkaian pembunuhan petani kulit putih
Henry Elsworth jadi petani keenam yang dibunuh sejak pemerintahan Mugabe mengirim veteran bersenjata untuk merebut tiap-tiap tanah milik orang kulit putih. Sekitar 30 aktivis dan pendukung oposisi juga tewas dalam kekerasan politik yang disponsori negara.
John Weeks Killed, petani kulit putih lain tewas di lahan pertaniannya. Nyawanya dicabut enam atau tujuh penyusup yang juga merampok tempat tersebut.
Alan Dunn, seorang pejabat MDC dipukuli sampai mati pada tanggal 8 Mei tahun itu. Dunn meninggalkan pertaniannya dua minggu sebelumnya setelah menerima ancaman pembunuhan. Namun ajal justru datang ketika ia kembali untuk membayar para pekerjanya.
Tony Oates juga mati di tangan dua penyusup yang menerobos pertaniannya pada tanggal 31 Mei. Oates sempat melakukan perlawanan, menembak mati salah satu penyerang sebelum ia mati.
*Baca Informasi lain soal RASISME atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.
SEJARAH HARI INI Lainnya
Baca juga:
- Sejarah Hari Ini, Mike Tyson Dipenjara karena Pemerkosaan Lalu Umumkan Peluk Agama Islam saat Bebas
- Sejarah Hari Ini, Elton John Lahir sebagai Ikon Musik juga Pejuang bagi Kaum Homoseksual dan Penderita AIDS
- 24 Maret dalam Sejarah: Sri Sultan Hamengkubuwana I Meninggal, Riwayat Patriotisme dan Perlawanannya
- 23 Maret dalam Sejarah: Bush Minta Tambahan Dana Agar AS Bisa Perangi Terorisme