Penasihat Presiden Ukraina Bilang Rusia harus Dipaksa untuk Menghadiri KTT Perdamaian

JAKARTA - Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, Rusia harus dipaksa untuk berpartisipasi dalam pertemuan puncak perdamaian karena mereka tidak akan melakukannya dengan sukarela.

Podolyak mengatakan kepada TV nasional Hari Selasa, salah satu metode pemaksaan adalah tindakan di medan perang, mengacu pada serangan lintas batas Ukraina yang belum pernah terjadi sebelumnya ke wilayah Kursk, Rusia.

"Seruan sederhana kepada Rusia tidak akan berhasil, hanya seperangkat alat pemaksa yang akan berhasil," katanya, yang berarti tekanan ekonomi dan diplomatik, melansir Reuters 14 Agustus.

Dia menambahkan, dengan tindakan di wilayah perbatasan Rusia, Ukraina menyelesaikan masalah utama keamanannya sendiri.

"Ini adalah penghancuran infrastruktur perang dan pembentukan apa yang disebut zona sanitasi sehingga Rusia tidak dapat menggunakan di sana, peralatan yang menyerang jauh ke dalam wilayah Ukraina," katanya.

Seminggu setelah peluncuran serangan tersebut, Ukraina mengatakan mereka telah menguasai 74 permukiman Rusia dan terus maju.

Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada 15 Juli lalu, perwakilan Rusia harus berpartisipasi dalam konferensi kedua mengenai penyelesaian konflik Ukraina.

Rusia menganggap pertemuan puncak perdamaian pertama tidak ada artinya tanpa partisipasi Moskow. Rusia sendiri telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk berunding dengan Ukraina mengenai penyelesaian konflik.

Awal bulan ini, Presiden Putin kembali menegaskan kesiapan dan kesediaan Rusia untuk berunding guna menyelesaikan konflik Ukraina, menyerukan kembali ke Perjanjian Istanbul.

"Rusia, seperti yang Anda ketahui, tidak pernah menolak perundingan damai dan siap untuk melanjutkannya sekarang," kata Presiden Putin.

Rusia sendiri telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk berunding dengan Ukraina mengenai penyelesaian konflik.

Awal bulan ini, Presiden Putin kembali menegaskan kesiapan dan kesediaan Rusia untuk berunding guna menyelesaikan konflik Ukraina, menyerukan kembali ke Perjanjian Istanbul.

"Rusia, seperti yang Anda ketahui, tidak pernah menolak perundingan damai dan siap untuk melanjutkannya sekarang," kata Presiden Putin.