Jubir Kepresidenan Palestina Kecam Masuknya 1.200 Warga Yahudi ke Kompleks Masjid Al Aqsa
JAKARTA - Juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh pada Hari Selasa memperingatkan tentang dampak provokasi berbahaya, saat seribuan warga Yahudi memasuki kompleks Masjid Al Aqsa pada Hari Selasa.
Abu Rudeineh juga meminta pertanggungjawaban pemerintah pendudukan Israel atas praktik-praktik tersebut, serta bahayanya dalam memprovokasi perasaan rakyat Palestina, Arab dan Muslim.
"Kami menuntut agar pemerintah AS segera campur tangan untuk memaksa pemerintah pendudukan menghentikan provokasi ini terhadap tempat-tempat suci keagamaan, menjaga status historis dan hukum di Kota Yerusalem, dan menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, dan serangan di Tepi Barat jika ingin mencegah wilayah tersebut meledak dengan cara yang tidak terkendali," katanya dalam sebuah pernyataan, melansir WAFA 13 Agustus.
Diberitakan sebelumnya, warga Yahudi berbondong-bondong memasuki Kompleks Masjid Al Aqsa dii Yerusalem yang diduduki di bawah perlindungan polisi Israel.
Menurut Wakaf Islam Yerusalem, 1.200 warga Yahudi memasuki kompleks masjid secara berkelompok, melakukan ritual Talmud di halamannya dalam operasi penyerbuan yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena ribuan orang diperkirakan akan menyerbu Masjid Al-Aqsa pada pagi dan sore hari.
Pada saat bersamaan, pasukan pendudukan Israel menghalangi masuknya jemaah ke Halaman Masjid Al-Aqsa, mengerahkan pasukan besar di gerbangnya untuk memfasilitasi penyerbuan warga Yahudi ke tempat suci Islam tersebut.
Baca juga:
- Dikawal Polisi Israel, 1.200 Warga Yahudi Masuki Kompleks Masjid Al Aqsa untuk Melakukan Ritual Talmud
- Pilot Helikopter yang Tabrak Hotel di Australia Merupakan Kru Darat yang Tidak Punya Izin Terbang, Habis Hadiri Pesta
- Suhu Panas Sebabkan Lebih dari 47 Ribu Orang di Eropa Meninggal Tahun Lalu
- Presiden Ukraina Zelensky: Rusia harus Dipaksa Berdamai Jika Putin Ingin Berperang
Abu Rudeineh menegaskan provokasi ini terjadi dalam kerangka perang menyeluruh yang dilancarkan pemerintah pendudukan ekstremis terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem.
Ia menekankan, perdamaian dan keamanan di seluruh kawasan tidak akan tercapai tanpa solusi yang adil bagi perjuangan Palestina dan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, beserta tempat-tempat sucinya, baik Islam maupun Kristen.