Dua Perusahaan Aftermarket Ternama Recaro dan BBS Bangkrut. Apa Penyebabnya?
JAKARTA – Berita buruk menghampiri para pecinta otomotif aftermarket. Dua nama besar di industri ini, Recaro dan BBS, mengalami masalah finansial serius. Perusahaan jok ternama Recaro mengajukan pailit, sementara merek pelek ikonik BBS dinyatakan bangkrut.
Recaro, yang dikenal sebagai pemasok jok berkualitas tinggi untuk merek-merek besar seperti BMW, Volkswagen, dan Porsche, kini berada di ambang kebangkrutan. Begitu pula BBS, yang juga menjalin kerjasama dengan pabrikan ternama seperti Mercedes-Benz, Honda, dan Audi.
Meskipun memiliki hubungan yang kuat dengan industri otomotif kelas atas, mengapa kedua perusahaan ini bisa terjerumus ke dalam krisis finansial?
Menurut laporan dari CarBuzz, Jumat, 2 Agustus, kabar pengajuan pailit Recaro menjadi berita mengejutkan bagi para pekerja di dalam perusahaan. Mereka belum diberitahu mengenai situasi ini secara resmi. Serikat pekerja IG Metall meminta perusahaan untuk memberikan transparansi terkait masalah ini. Hingga saat ini, hanya Pengadilan Distrik Esslingen yang menyetujui permintaan administrasi mandiri.
Langkah ini cukup mengagetkan, mengingat Recaro dikenal luas sebagai pemasok kursi mobil untuk perusahaan-perusahaan otomotif terkemuka. Yang lebih mengejutkan, keputusan ini diambil hanya empat tahun setelah Recaro Automotive dijual oleh perusahaan Amerika, Adient, kepada sebuah perusahaan investasi swasta yang menjanjikan efisiensi dan proses pengambilan keputusan yang lebih cepat. Namun, pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 turut memperburuk kondisi finansial Recaro.
Selain itu, keterlambatan peluncuran model terbaru oleh pabrikan otomotif Inggris, Ineos Automotive, juga berkontribusi pada kemerosotan Recaro. Recaro memiliki perjanjian pemasok dengan Ineos, namun perusahaan milik Sir Jim Ratcliffe ini menunda peluncuran kedua model terbarunya, menambah tekanan pada kondisi finansial Recaro.
Baca juga:
Di sisi lain, kebangkrutan BBS baru-baru ini juga mengejutkan. Namun, yang mengalami kebangkrutan adalah BBS Jepang, bukan BBS Jerman. Presiden BBS America, Craig Donnelly, menjelaskan bahwa BBS Jepang dimiliki oleh grup yang berbeda dibandingkan dengan BBS Jerman maupun BBS America. “BBS Jepang adalah grup yang benar-benar berbeda, memiliki sisi bisnis motorsport. Sementara, BBS of America dimiliki oleh KW Automotive dan tidak terlibat dalam kebangkrutan yang diajukan Jumat lalu di Jerman,” kata Donnelly.
Meskipun begitu, BBS Jerman juga tidak luput dari masalah finansial. Perusahaan ini sempat mengajukan pailit setelah gagal membayar sebagian dari 270 karyawannya. Ini bukanlah kali pertama BBS mengalami kesulitan, mengingat perusahaan ini sudah empat kali menyatakan kebangkrutan, termasuk pada tahun 2020 dan terakhir pada September 2023.