PM Netanyahu Sebut Hari-hari ke Depan Penuh Tantangan, Menhan Gallant Sebut Tak Ingin Perang
JAKARTA - Israel akan menghadapi hari-hari ke depan yang penuh tantangan, siap untuk mengantisipasi yang terjadi meski tidak menginginkan perang, kata para pejabat negara itu, setelah serangan mematikan di Lebanon dan Iran.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperingatkan pada Rabu malam "hari-hari penuh tantangan akan datang" bagi Israel saat bersiap menghadapi serangan dari Iran dan proksi regionalnya, menyusul pembunuhan komandan militer tertinggi Hizbullah di Beirut dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Berbicara dari markas militer di Tel Aviv pada akhir rapat kabinet keamanan selama tiga jam, PM Netanyahu mengatakan Israel menghadapi ancaman dari seluruh wilayah setelah pembunuhan Fuad Shukr, yang disebutnya sebagai "kepala staf Hizbullah" di Beirut pada Selasa malam.
"Kami siap menghadapi setiap skenario," janjinya, melansir The Times of Israel 1 Agustus.
"dan akan bersatu dan bertekad melawan setiap ancaman," lanjutnya.
"Israel akan menuntut harga yang sangat mahal untuk setiap agresi terhadap kami," tegasnya.
Menunjuk pada pembunuhan di Beirut, serangan di Gaza terhadap pemimpin sayap militer Hamas Muhammad Deif beberapa minggu lalu dan terhadap pelabuhan Hodeida yang dikuasai Houthi di Yaman, PM Netanyahu mengatakan Israel telah mendaratkan "pukulan telak" terhadap Iran dan proksi utamanya.
Umat Druze dan Yahudi memiliki "perjanjian hidup" yang telah diperkuat dalam beberapa hari terakhir, kata perdana menteri mengenai pembalasan Israel atas serangan mematikan Hizbullah di Majdal Shams.
"Kami telah melunasi hutang kami dengan (Hajj) Mohsin," katanya, mengacu pada nama samaran Shukr.
"Dan kami akan melunasi hutang kami dengan siapa pun yang menyakiti kami," tandasnya.
"Pembunuhan anak-anak yang tidak bersalah telah menambah penderitaan yang tak berkesudahan dari penduduk di utara, orang-orang terkasih kami yang telah diasingkan dari rumah mereka, dan yang komunitasnya telah menderita serangan serius — dan untuk ini kami tidak akan diam," lanjutnya.
"Setiap orang yang mengincar anak-anak kami, setiap orang yang membunuh warga negara kami, setiap orang yang menyakiti negara kami — darah mereka ada di kepala mereka sendiri," PM Netanyahu menambahkan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan kepada para prajurit di baterai sistem pertahanan rudal jarak jauh Arrow, "Kami tidak menginginkan perang, tapi kami bersiap untuk segala kemungkinan."
Baca juga:
- Hizbullah Konfirmasi Tewasnya Fuad Shukr Akibat Serangan Israel
- Kepala WHO: Terdeteksinya Polio Pengingat Kondisi Mengerikan yang Dialami Penduduk Gaza
- Sebut Pembunuhan Haniyeh Upaya Melemahkan Perjuangan Palestina, Presiden Erdogan Kenang Dua Pendiri Hamas
- Upacara Pemakaman Ismail Haniyeh Digelar di Universitas Teheran Hari Ini, Khamenei akan Pimpin Salat Jenazah
Kunjungan ini dilakukan setelah komandan militer paling senior Hizbullah terbunuh dalam serangan udara IDF di Beirut kemarin, dan pemimpin politik Hamas diduga dibunuh oleh Israel di Teheran pagi ini.
Israel dalam keadaan siaga tinggi pada Rabu malam saat bersiap menghadapi pembalasan atas serangan tersebut. Pembunuhan dan harapan akan adanya respons telah memicu kekhawatiran lebih lanjut, konflik di Gaza berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.
Meskipun mengonfirmasi serangan terhadap Shukr, Israel belum mengomentari pembunuhan Haniyeh, dan Netanyahu menghindari melakukannya, atau bahkan menyebut nama Haniyeh, selama komentarnya Hari Rabu. Sementara, Iran dan Hamas menyalahkan negara Yahudi itu atas serangan tersebut.