Profil Elon Musk, Sering di-Bully, Kini Ingin Bawa Manusia Hidup di Mars

JAKARTA - Tak ada sesuatu yang tak ingin dicoba oleh Elon Musk. Sebagai CEO SpaceX dan Tesla, pendiri The Boring Company, serta berperan aktif dalam pendirian OpenAI dan Neuarlink, Musk tampaknya bisa kita temui di mana pun. Dalam hal apa pun yang menawarkan teknologi futuristik.

Sejalan dengan visi dan harapan yang pernah disampaikan kala menjadi pembicara Code Conference tahun 2016 lalu, “Aku tidak akan merasa bahagia hingga kita (manusia, -red) keluar dari bumi dan menghuni Mars.”

Antara roket luar angkasa, mobil listrik, baterai panel surya, dan milyaran dolar yang sedang dihasilkan, Musk tak ubahnya Tony Stark di dunia nyata. Dan hal itu pula yang membuatnya tampil sebagai cameo dalam film Iron Man yang dikeluarkan tahun 2008 lalu.

Tapi, hidup Musk tak selalu berjalan mulus. Yang kita kenal saat ini hanyalah kesuksesan serta aksi nyentriknya. Dan di bawah, tim VOI sudah menyiapkan profil Elon Musk terlengkap.

Mulai dari bagaimana dia mendapat perlakukan bully ketika menjadi siswa hingga menjadi pengusaha yang diperhitungkan seperti saat ini.

Masa Kanak-Kanak yang Sering Dirundung

Kecerdasan tak melulu memudahkan kehidupan masa kanak-kanak seseorang. Dan hal itulah yang dialami oleh Musk. Menjalani masa kecil di Afrika Selatan, Musk mengaku kesulitan untuk menjalin pertemanan dengan anak-anak sebaya.

“Saya mendapatkan pengasuhan yang buruk. Selain itu, saya juga menghadapi banyak kesulitan saat tumbuh dewasa. Dan satu hal yang saya khawatirkan dari anak-anak saat ini adalah mereka kurang menghadapi tantangan,” terang Musk dalam sebuah wawancara dengan Business Insider.

Pada saat Musk berusia 9 tahun, dirinya terpaksa melihat kedua orang tua berpisah. Kala itu, Musk dan adik laki-lakinya, Kimbal, memutuskan untuk hidup bersama sang ayah. Namun ternyata itu adalah pilihan yang salah.

“Itu adalah ide buruk,” ungkap Musk saat diwawancarai Rolling Stones mengenai pengalamannya tinggal bersama ayah.

Tak hanya dari kehidupan keluarga, pengalaman sekolah Musk juga tidak semulus yang dibayangkan. Pernah suatu ketika, Musk terpaksa menginap di rumah sakit akibat dipukuli oleh murid lain. Diceritakan bahwa perundung mendorong Musk hingga terjatuh di tangga kemudian memukulinya sampai pingsan.

Pindah ke Kanada

Setelah lulus SMA, akhir dekade 1980-an, Musk pindah ke Kanada bersama sang ibu, Maye, saudarinya yang bernama Tosca, serta adik laki-lakinya, Kimbal. Di negara itu, Musk menghabiskan waktu dua tahun untuk belajar di Queen University di Kingston, Ontario.

Di tempat itu, Musk bertemu dengan Justine Wilson, penulis yang dikaguminya. Mereka pun menikah dan memiliki lima anak, kembar dua dan kembar tiga. Sayangnya, hubungan tersebut kandas pada tahun 2008.

Melanjutkan Pendidikan di Amerika Serikat, Titik Balik Kehidupan Musk

Setelah dua tahun mengenyam pendidikan di Queen University, Elon Musk memutuskan untuk pindah ke University of Pennsylvania. Di situ, dia mengambil dua jurusan. Dan selama di kampus, Musk menghabiskan waktunya untuk bekerja, tanpa nongkrong atau hang-out dengan teman sebaya.

Selanjutnya, Musk lulus sebagai Sarjana Fisika serta Sarjana Ekonomi di Wharton School. Dua bidang ilmu yang akhirnya berperan besar pada karir Musk di masa depan. Tapi, menurut Musk, Fisika merupakan kajian yang paling berkesan pada pola pikirnya.

“(Fisika adalah) kerangka berpikir yang bagus, karena kamu bisa menyederhanakan berbagai hal ke kebenaran paling dasar lalu membangun argumen dari situ,” terang Musk pada konferensi TED.

Musk berumur 24 tahun kala dia mendaftar Standord University untuk mengambil gelar PhD. Namun, alih-alih mendalami ilmu yang disukainya, Musk malah mangkir dan membangun perusahaan rekayasa perangkat lunak yang diberi nama Zip2.

Berbekal 28.000 dolar Amerika Serikat (AS), Musk membangun perusahaan bersama adik laki-lakinya, Kimbal. Pada tahun 199, perusahaan tersebut dibeli Compaq AltaVista dengan harga 340 juta dolar AS.Dari hasil penjualan tersebut, Musk membeli X.com untuk kemudian diubah menjadi PayPal.

Inilah perusaaan yang melambungkan nama Musk. Hingga akhirnya eBay pun membeli perusahaan tersebut senilai 1,5 milyar dolar AS. Uang hasil penjualan dipakai Musk sebagai dana untuk membangun perusahaan baru impiannya, yakni Tesla.

Dari Tesla, karir Musk mulai moncer. Memang, selama sepuluh tahun pertama, dunia belum siap menerima gagasan Elon Musk. Mengakibatkan nilai saham Tesla terus turun dan membuat perusahaan merugi.

Tapi, Musk tetap yakin. Hingga akhirnya, kini, Musk pun membangun lebih banyak perusahaan. Lebih banyak inovasi, demi membawa manusia menghuni Musk –yang menurut targetnya bakal dicapai pada tahun 2025 nanti.