HSBC Australia Blokir Transaksi Kripto, Waspadai Risiko Penipuan
JAKARTA – Dalam upaya melindungi nasabahnya dari maraknya penipuan investasi, HSBC Australia telah mengambil langkah tegas dengan memblokir semua pembayaran ke bursa kripto mulai hari ini. Keputusan ini diambil menyusul laporan yang menunjukkan kerugian hingga Rp2,7 triliun akibat penipuan investasi kripto di Australia tahun lalu.
"Kami prioritaskan keamanan keuangan nasabah," ujar perwakilan HSBC Australia dalam keterangan resminya. "Dengan memblokir transaksi ke bursa kripto, kami berharap dapat meminimalisir risiko penipuan yang semakin meningkat."
Otoritas Keuangan Australia juga turut menyoroti potensi pencucian uang melalui transaksi kripto. Mereka mengklasifikasikan risiko ini sebagai sedang dan diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Kantor Pajak Australia (ATO) semakin gencar mengawasi transaksi kripto. Mereka telah mengumpulkan data pribadi dan transaksi dari sekitar 1,2 juta akun bursa kripto untuk memastikan semua wajib pajak melaporkan pendapatan dari aktivitas kripto secara benar.
Di Australia, kripto dianggap sebagai aset, bukan mata uang. Keuntungan dari perdagangan kripto dikenakan pajak. Banyak investor yang terkejut dengan kewajiban pajak ini.
Meskipun menghadapi pengawasan ketat, minat masyarakat Australia terhadap kripto terus tumbuh. Lebih dari 800.000 warga Australia telah terlibat dalam transaksi kripto dalam tiga tahun terakhir. Bahkan, Australia menjadi salah satu negara dengan adopsi memecoin tertinggi di dunia.
Peningkatan aktivitas kripto juga diiringi dengan maraknya kasus kejahatan, seperti pencurian identitas. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu berhati-hati dan hanya berinvestasi pada platform yang terpercaya.