Bitcoin Rontok, Dana Senilai Rp4 Triliun Terlikuidasi

JAKARTA - Bitcoin mengalami penurunan signifikan pada awal jam perdagangan Asia hari ini. Penurunan ini terjadi seiring dengan gejolak di pasar saham global yang memicu pelemahan sentimen terhadap aset berisiko seperti cryptocurrency.

Harga Bitcoin (BTC) anjlok dari lebih dari 65.500 dolar AS (Rp1.048.000.000) menjadi hampir 64.000 dolar AS (Rp1.024.000.000) hanya dalam beberapa menit pada awal perdagangan di Tokyo. Penurunan tajam ini mengakibatkan lebih dari 250 juta dolar AS (Rp4 triliun) taruhan bullish dilikuidasi, yang merupakan angka likuidasi terburuk sejak awal Juli.

Likuidasi terjadi ketika bursa secara paksa menutup posisi leverage seorang trader karena kehilangan sebagian atau seluruh margin awal pedagang tersebut. Data ini penting bagi trader sebagai sinyal bahwa leverage telah efektif dihapus dari produk berjangka populer, yang dapat menjadi indikasi penurunan volatilitas harga dalam jangka pendek.

Indeks luas CoinDesk 20 (CD20), yang melacak token terbesar berdasarkan kapitalisasi, minus stablecoin, turun sebesar 3,3%. Posisi long Ether (ETH) mengalami kerugian terbesar dengan nilai 100 juta dolar AS (Rp1,6 triliun), didorong oleh penurunan token sebesar 7,5% di tengah arus keluar dari ETF ETH yang baru diluncurkan.

Binance mencatat likuidasi tertinggi di antara bursa dengan nilai 118 juta dolar AS (Rp1,888 triliun), di mana 88% adalah perdagangan dengan posisi long. OKX dan Huobi, yang populer di kalangan trader Asia, mencatat sebanyak 94% dari pedagang posisi long mereka dilikuidasi.

Penurunan ini terjadi ketika saham teknologi AS rontok pada hari Rabu kemarin, menyebabkan indeks Nasdaq 100 yang banyak memuat saham teknologi anjlok 660 poin, penurunan terbesar sejak 2022.

Pendapatan kuartalan campuran dari Alphabet (GOOG) dan Tesla (TSLA) menyebabkan saham kedua perusahaan tersebut ditutup turun hingga 12% pada hari Rabu; secara agregat, saham teknologi yang disebut "Magnificent 7" kehilangan lebih dari 750 miliar dolar AS (Rp12.000 triliun) dalam kapitalisasi pasar pada hari Rabu, yang merupakan kerugian terbesar yang pernah tercatat untuk kelompok ini.

Kerugian meluas ke pasar Asia pada Kamis pagi saat indeks Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 3% di tengah kekhawatiran bahwa Bank of Japan dapat menaikkan suku bunga.

Tidak berhenti sampai di situ, produk investasi ETF Ethereum Spot yang diharapkan dapat mendongkrak pasar justru ikut melorot. Menurut laporan dari Cryptoslate, arus keluar dari produk ETF ETH yang baru diluncurkan mencapai lebih dari 50 juta dolar AS (Rp800 miliar) dalam dua hari pertama perdagangan. Hal ini mencerminkan ketidakpastian yang lebih luas di pasar crypto saat ini.