Indomie dkk Milik Anthony Salim Bisa Hancur Tanpa Garam Impor, Kualitas PT Garam pun Belum Mampu

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi angkat bicara soal rencana pemerintah yang mengimpor 3 juta ton garam di tahun ini. Kata dia, produk makanan di Tanah Air, seperti mi instan membutuhkan garam impor, karena kualitasnya bisa untuk menjaga keberlangsungan produk tersebut.

Beragam produk mi instan memang sangat banyak di Tanah Air. Salah satu yang paling besar tentunya adalah Indomie, produk makanan olahan dari Indofood CBP Sukses Makmur milik dari konglomerat Anthony Salim.

Lebih lanjut, Lutfi menjelaskan, dalam mi instan seharga Rp2.500, terdapat kandungan garam yang mempengaruhi produk mi tersebut. Ongkos untuk garamnya itu sekitar Rp2 per bungkus. 

"Tetapi, kalau garamnya tidak sesuai untuk industri garam yang Rp2, itu bisa menghancurkan mi instan," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 19 Maret.

Lutfi berujar kualitas garam lokal belum bisa memenuhi kualitas untuk kebutuhan industri yang ada. Karena itu, pemerintah masih berencana untuk mengimpor garam untuk keberlangsungan produk-produk di dalam negeri.

"Yang kita bicarakan pada sekarang ini adalah garam impor untuk kebutuhan industri, di mana garam kita yang dikerjakan oleh PT Garam dan oleh petani garam rakyat ini belum bisa menyamai kualitas untuk garam industri tersebut," jelasnya.

Terkait dengan target Indonesia yang bisa swasembada di 2025 masih jauh dari harapan. Karena, nyatanya sampai saat ini, impor garam masih dilakukan oleh pemerintah.

Lutfi beralasan bahwa untuk menjaga produk industri memang perlu melakukan impor, terutama garam dari negara-negara penyuplai. Karena, kulitas garam akan mempengaruhi kualitas produk.

Namun, dia mengatakan, untuk mencapai target Indonesia swasembada garam 2024, kata dia, yang perlu dilakukan tidak hanya dari jumlah yang mencukupi namun juga perlu peningkatan kualitas.

"Garam boleh sama asinnya, tetapi kualitasnya berbeda-beda. Nah sekarang apa yang mesti kita kerjakan untuk bisa swasembada bukan jumlahnya saja yang mesti kita penuhi, tetapi juga kualitasnya," urainya.