Yakin Trump Bisa Jadi Perantara Perdamaian Rusia-Ukraina, PM Hungaria Orban: Ia Miliki Rencana Terperinci
JAKARTA - Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban dalam surat kepada para Pemimpin Uni Eropa mengatakan, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump siap untuk bertindak "segera" sebagai perantara perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina jika ia terpilih November mendatang.
Surat tersebut, yang ditujukan kepada Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan dibagikan kepada semua pemimpin UE, disusun setelah PM Orban mengadakan pembicaraan dengan Trump serta dengan para pemimpin Ukraina, Rusia dan Tiongkok.
"Saya dapat dengan yakin menyatakan segera setelah kemenangan pemilihannya, ia tidak akan menunggu sampai pelantikannya, (Trump) akan siap untuk bertindak sebagai perantara perdamaian segera. Ia memiliki rencana yang terperinci dan berdasar untuk ini," tulis PM Orban, melansir Reuters 16 Juli.
Trump yang juga mantan presiden akan kembali bertarung dengan petahana Joe Biden dari Partai Demokrat, dalam pemilihan presiden yang menjadi 'ulangan' pertarungan pemilihan tahun 2020.
PM Orban yang merupakan pendukung lama Trump, melakukan kunjungan mendadak ke sejumlah negara dalam dua minggu terakhir dalam sebuah "misi perdamaian" setelah Hungaria mengambil alih jabatan presiden bergilir UE.
Dalam surat kepada para pemimpin Uni Eropa, PM Orban mengatakan Presiden AS Joe Biden "melakukan upaya besar" untuk tetap berada dalam persaingan pemilihan, menyatakan ia "tidak mampu mengubah kebijakan pro-perang AS saat ini."
PM Orban juga sejak lama mengkritik dukungan militer Eropa untuk Ukraina yang berbeda dengan sebagian besar sekutu yang mendukung upaya perang Kyiv.
Pemimpin Hungaria itu mengatakan, kemenangan Trump akan mengubah beban antara Amerika Serikat dan UE dalam hal dukungan finansial untuk Ukraina, yang merugikan Eropa.
"Strategi Eropa kami atas nama persatuan transatlantik telah meniru kebijakan pro-perang AS. Kami belum memiliki strategi Eropa yang berdaulat dan independen atau rencana aksi politik hingga saat ini," katanya.
"Saya mengusulkan untuk membahas apakah kelanjutan kebijakan ini rasional di masa mendatang," lanjutnya.
Pendekatan PM Orban berbenturan dengan kesimpulan dari pertemuan puncak UE terakhir pada 27 Juni, ketika para pemimpin menegaskan kembali komitmen teguh mereka untuk memberikan dukungan politik, finansial, ekonomi, kemanusiaan, militer, dan diplomatik yang berkelanjutan kepada Ukraina dan "selama diperlukan dan sekuat yang dibutuhkan".
Baca juga:
- 3.319 Anak dan Remaja Ditangkap Sejak Pemerintah El Salvador Umumkan Keadaan Darurat Perangi Geng
- Ajak Istri dan Anak, Diplomat Senior Korea Utara di Kuba Membelot ke Korea Selatan
- Direktur CIA Sebut Pemimpin Hamas Hadapi Tekanan dari Komandan Militernya untuk Akhiri Perang di Gaza
- 9.241 Pelajar dan 497 Guru Tewas Akibat Agresi Israel Sejak Oktober 2023
Para pemimpin Uni Eropa mengecam tindakannya, menekankan PM Orban tidak memiliki mandat untuk berbicara atas nama 27 negara anggota Uni Eropa dan pandangan apa pun yang ia sampaikan adalah pandangannya sendiri.
Menggarisbawahi ketidaksenangan dengan diplomasi Hungaria terkait perang di Ukraina, yang melemahkan posisi lama Uni Eropa, Komisi Eropa pada Hari Senin mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, melarang Komisaris Uni Eropa menghadiri pertemuan yang diadakan di Hungaria di bawah kepemimpinan presidensi negara tersebut.
Beberapa pemerintah Uni Eropa juga secara pribadi berencana untuk hanya mengirim pegawai negeri sipil, bukan menteri pemerintah, ke pembicaraan tingkat menteri di Hungaria. Di sisi lain, 63 anggota parlemen Parlemen Eropa telah meminta Uni Eropa untuk menarik hak suara Hongaria di blok tersebut.