Ukraina Ingin Gunakan Rudal Jarak Jauh untuk Serang Rusia, Kremlin: Murni Provokasi dan Eskalasi Baru Berbahaya
JAKARTA - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, rencana untuk menggunakan rudal jarak jauh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia dapat meningkatkan situasi, setelah sebelumnya rudal-rudal yang dipasok sekutu Barat digunakan dalam serangan terbatas.
"Yang penting adalah rudal-rudal ini sudah digunakan untuk menyerang wilayah kami," kata Peskov kepada para wartawan, mengacu pada empat wilayah baru Rusia, melansri TASS 12 Juli.
"Mengenai rudal jarak jauh, ini adalah provokasi murni dan babak eskalasi baru yang sangat berbahaya," tegasnya.
Ini diutarakan oleh Peskov setelah Ukraina ingin mendapatkan kelonggaran dari sekutu Barat, terkait penggunaan rudal yang dipasok untuk Kyiv.
"Kami terus mengawasi semua pernyataan dan informasi yang keluar dari KTT NATO. Dan tentu saja, masalah ini sangat sensitif," katanya, mengomentari seruan Kyiv kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mencabut pembatasan serangan di Rusia.
"Kita dapat melihat retorika dari London dan beberapa ibu kota lain yang sudah tidak melihat adanya pembatasan terkait hal ini. Dan kita bisa melihat negara-negara yang mencoba menjaga keseimbangan mengatakan bahwa mereka menentang pelonggaran penggunaan rudal jarak jauh ini," pungkas Peskov.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Volodymyr Zelensky pada Hari Kamis meminta Amerika Serikat untuk menyetujui penggunaan senjata jarak jauh untuk menyerang target di dalam Rusia, saat Moskow melakukan serangan harian dari titik peluncuran yang saat ini berada di luar jangkauan Kyiv.
Berbicara di akhir pertemuan puncak NATO, Presiden Zelensky memuji aliansi tersebut atas janjinya untuk memberikan dukungan militer kepada Ukraina saat memerangi Rusia, tetapi mengatakan pembatasan di medan perang harus dicabut jika negaranya ingin berhasil.
"Jika kita ingin menang, jika kita ingin menang, jika kita ingin menyelamatkan negara kita dan mempertahankannya, kita perlu mencabut semua batasan," kata Presiden Zelensky bersama Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, melansir The National News.
Stoltenberg sendiri mengatakan Ukraina harus dapat menyerang langsung di dalam Rusia.
"Sejak Rusia membuka front baru, satu-satunya cara untuk menyerang target militer, peluncur militer, atau lapangan udara yang menyerang Ukraina adalah dengan menyerang target militer di wilayah Rusia," katanya.
Adapun Presiden Joe Biden tampak tidak terpengaruh oleh seruan tersebut, yang menyatakan kemampuan serangan jarak jauh ke Rusia dapat menyebabkan eskalasi konflik yang tajam.
Baca juga:
- Presiden Zelensky Ingin AS Izinkan Ukraina Serang Target di Dalam Rusia dengan Senjata Jarak Jauh
- Penasihat Presiden Biden Pastikan Jet Tempur F-16 yang Dikirim Barat akan Berpangkalan di Ukraina
- Presiden Putin Tuduh Barat Lakukan Tindakan yang Menyerupai Kolonialisme Klasik
- Presiden Biden Salah Sebut Namanya dengan Putin, Zelensky: Saya Lebih Baik
Meski Demikian, Presiden Joe Biden tampak tidak terpengaruh oleh seruan tersebut, yang menyatakan kemampuan serangan jarak jauh ke Rusia dapat menyebabkan eskalasi konflik yang tajam.
Diketahui, anggota NATO telah menetapkan batasan yang berbeda tentang bagaimana Ukraina dapat menggunakan senjata yang mereka sumbangkan.
Beberapa pihak telah menegaskan Kyiv dapat menggunakannya untuk menyerang target jauh di dalam Rusia. Sementara, Negeri Paman Sam hanya mengizinkan senjatanya digunakan di dalam perbatasan Rusia terhadap lokasi yang mendukung operasi militer di Ukraina.