Tolak Standar Ganda Krisis Gaza, PM Spanyol Sanchez: Kita Perlu Menciptakan Kondisi untuk Gencatan Senjata

JAKARTA - Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mendesak negara-negara Barat untuk menolak standar ganda terhadap konflik di Jalur Gaza, Palestina, merujuk pada perlakukan terhadap Ukraina, saat jumlah korban tewas terus bertambah.

Itu disampaikan PM Sanchez saat mengikuti KTT Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Washington D.C, Amerika Serikat yang digelar pada 9-11 Juli.

"Jika kita mengatakan kepada rakyat kita bahwa kita mendukung Ukraina karena kita membela hukum internasional, hal ini sama dengan apa yang harus kita lakukan terhadap Gaza," katanya, melansir WAFA 11 Juli.

Lebih jauh pemimpin Spanyol ini mengatakan, harus ada "posisi politik yang konsisten" di mana "kita tidak memiliki standar ganda."

PM Sanchez mengatakan, dunia perlu menekan untuk "menghentikan krisis kemanusiaan yang mengerikan" yang menimpa Palestina, menyerukan konferensi perdamaian internasional untuk mendorong berdirinya negara Palestina.

"Kita perlu menciptakan kondisi untuk gencatan senjata yang segera dan mendesak," katanya.

"Ada risiko nyata eskalasi ke Lebanon," tandasnya, dikutip dari Al Mayadeen.

PM Sanchez diketahui menjadi salah satu pemimpin negara Eropa yang mengkritik tindakan Israel di Jalur Gaza, membawa Spanyol bergabung dengan sejumlah negara yang mengakui Negara Palestina beberapa waktu lalu.

Operasi militer Israel di Gaza. (Sumber: Israel Defense Forces)

"Ini adalah keputusan bersejarah yang memiliki satu tujuan: agar Israel dan Palestina mencapai perdamaian," kata PM Sanchez saat mengumumkan pengakuan Spanyol atas Negara Palestina Mei lalu, dikutip dari Reuters.

PM Sanchez mengatakan, Madrid akan mengakui Negara Palestina yang bersatu, termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat, di bawah Otoritas Nasional Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Pengakuan itu mendapatkan kecaman keras dari Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.

"Sanchez, ketika Anda mengakui negara Palestina, Anda terlibat dalam hasutan genosida terhadap orang-orang Yahudi dan kejahatan perang," tulis Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz di X.

Israel menanggapi langkah pengakuan tersebut dengan menarik Duta besarnya dari Madrid, Oslo dan Dublin, kemudian memanggil duta besar ketiga negara tersebut untuk menonton video warga Israel yang disandera oleh kelompok bersenjata Hamas.

Mereka juga memblokir Spanyol untuk memberikan layanan konsuler kepada warga Palestina di Tepi Barat dan menuduh Spanyol membantu Hamas. Sebagai tanggapan, Spanyol meningkatkan kritik, menggambarkan konflik Gaza sebagai "genosida nyata."

Untuk meredakan ketegangan, PM Sanchez kemudian mengecam Hamas dan menyerukan pembebasan seluruh sandara di Gaza.

"Ini bukanlah keputusan yang kami ambil untuk melawan siapa pun, apalagi melawan Israel," katanya.

"Kami ingin memiliki hubungan terbaik," tandasnya.

PM Sanchez mengatakan, Madrid tidak akan mengakui perubahan apa pun terhadap perbatasan sebelum tahun 1967 kecuali disetujui oleh kedua belah pihak.

Terpisah, otoritas kesehatan Gaza pada Hari Kamis mengonfirmasi, jumlah korban tewas warga Palestina sejak konflik di Gaza pecah sudah mencapai 38.345 orang jiwa dan korban luka-luka 88.295 orang, dengan mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.