Impact Bootcamp Dorong Wisata Berkelanjutan di Bali
JAKARTA - Impact Bootcamp, sebuah program intensif yang bertujuan membekali peserta dengan keterampilan inovasi dalam program pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata berbasis komunitas, baru saja diselenggarakan di Bali, pada 5-7 Juli lalu.
Program besutan Socialimpact ini fokus pada pemanfaatan budaya dan nilai lokal sebagai kekuatan wisata berbasis komunitas.
Dengan tema Establishing Sustainable Tourism by Combining Local Values and Culture, kegiatan ini diadakan di Desa Penglipuran dan Desa Aan. Kedua desa ini telah diakui sebagai Desa Berkelanjutan oleh Certified Tourism dan menerima penghargaan internasional dari UNWTO.
Impact Bootcamp ini bertujuan memberikan inspirasi dan meningkatkan pengetahuan peserta mengenai konsep pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
"Kami berharap dengan kegiatan ini terbentuk ekosistem yang menciptakan dampak positif di lingkungan masing-masing peserta, baik dari perusahaan, yayasan, akademisi, social media influencer, maupun praktisi," ujar Founder & Direktur Socialimpact.ID, Rio Zakarias W. dalam keterangan media, Senin, 8 Juli.
Eksplorasi Desa Wisata
Desa Penglipuran dan Desa Aan menjadi lokasi utama program ini. Desa Penglipuran, yang terletak di Kubu, Kecamatan Bangli, diakui UNWTO sebagai Desa Wisata Terbaik di Dunia pada 2023.
Desa ini terkenal dengan arsitektur tradisional, hutan bambu, dan budaya Bali yang kental. Semua tenaga kerja di desa ini berasal dari penduduk setempat, mencerminkan praktik wisata berkelanjutan.
Desa Aan, di Kecamatan Banjarankan, Kabupaten Klungkung, juga diakui sebagai Desa Wisata sejak 2021. Desa ini memiliki potensi wisata alam berupa perbukitan, persawahan, air terjun, dan sungai. Selain itu, terdapat juga potensi agro-ekowisata seperti budidaya madu kele, pertanian tradisional, dan museum seni.
Socialimpact.ID merancang empat aktivitas kunci: Inspirasi dan Impact Talks, Village Walks, Atraksi Budaya, dan Experience. Peserta diajak mengunjungi potensi alam desa, mengenal kekayaan budaya melalui atraksi Barong Macan dalam “Panglipuran Village Festival”, dan menikmati “authentic dinner” di Desa Penglipuran.
Dodi Kurniawan Wibowo dari Bumdes Ramah Sejahtera Desa Ngale, Paron, Ngawi, mengaku semakin paham pentingnya kearifan lokal untuk pengembangan wisata berkelanjutan.
Baca juga:
- Biar Enggak Terlalu Terpuruk saat Melakukan Kesalahan, Ini 10 Kiat Mengontrol Rasa Bersalah
- 7 Keterampilan Indrawi yang Perlu Distimulasi untuk Meningkatkan Sensorik Anak
- Jatuh Cinta Bisa Terlihat dari Bahasa Tubuh, Berikut 5 Tandanya
- Mengenal Kebo Bule Keraton Solo yang Dikeramatkan, Hewan Klangenan PB II
Sementara Alfa Rullyanto, CEO Sinergie Enterprise, mencatat bahwa hasil dari bootcamp ini selaras dengan tujuan menciptakan ekosistem berkelanjutan bagi generasi masa depan
Dalam sesi Inspirasi dan Impact Talks, peserta mempelajari keragaman tradisional Bali, arsitektur, dan kuliner lokal. Materi disampaikan oleh Gede Kresna dan Ayu Gayatri dari Rumah Intaran, Ni Kadek Putri A dari Pratisara Bumi Foundation, I Wayan Budiarta, kepala desa adat Penglipuran, dan Maria R Nindita Radyati, PhD, Founder dan Presdir Institute for Sustainability and Agility (ISA).
Impact Bootcamp ini juga menekankan pentingnya meminimalisir dampak negatif pariwisata dan memaksimalkan manfaat positifnya, termasuk menjaga keanekaragaman hayati dan mendorong wisatawan untuk bertindak secara bertanggung jawab.