Dalam Pandangan Medis, Kesurupan Termasuk Gangguan Mental

JAKARTA - Fenomena kesurupan sedang menjadi pembicaraan hangat belakangan ini. Bermula dari suara yang diklaim berasal dari korban kekerasan yang terjadi di Cirebon. Dalam pandangan medis, kesurupan dalah salah satu jenis gangguan mental, sedangkan ahli metafisika menegaskan perlu adanya identifikasi melalui pendekatan ilmiah dan forensik untuk memverifikasi kebenaran klaim tersebut.

Film “Vina: Sebelum 7 Hari” yang tayang di seluruh bioskop Indonesia pada 8 Mei 2024 mencuri perhatian khalayak. Film bergenre horor karya Anggy Umbara ini berpijak pada rekaman suara teman Vina, Linda, yang menurut keluarga sedang kerasukan arwah Vina. Linda yang diyakini dalam pengaruh arwah Vina menjelaskan kronologi pembunuhan Vina dan Eki kepada keluarga secara rinci.

Rekaman suara Vina yang disebut menjadi petunjuk kasus pembunuhan Vina dan Eki beredar di media sosial. Rekaman suara Vina itu viral di TikTok setelah pengguna akun @siganatv mengunggahnya pada 3 Maret 2024. Rekaman suara tersebut sudah diputar lebih dari 60 juta kali.

Kakak Vina, Marliana, menujukan foto Vina Cirebon semasa hidup. (Ist)

Melalui rekaman suara itu Vina dengan menggunakan tubuh Linda menceritakan kronologi penganiayaan, pemerkosaan, hingga pembunuhan kepada dirinya. Dia juga mengatakan, pacarnya Eki yang ingin menolong dirinya pun menjadi korban kebrutalan geng motor itu.

“Dipukul tangan Vina patah, bukan diseret, bukan diseret pakai motor, dipukul tangan Vina, tadinya dibenturin, ke motor, terus ke aspal. Eki-nya mau nolongin, tapi Eki-nya juga kena,” ujarnya.

Tapi, klaim kesurupan ini menjadi kontroversi apakah rekaman suara yang beredar asli atau setingan belaka?

Butuh Kehati-hatian Mengidentifikasi

Hingga saat ini fenomena misterius mengenai suara yang diduga berasal dari Vina menjadi topik yang menarik perhatian di media sosial. Ahli metafisika Kirama Wijaya membawa pandangan yang menarik tentang aspek spiritual dan metafisika yang mungkin terlibat dalam kasus semacam ini.

“Pandangan metafisikanya mengindikasikan bahwa fenomena seperti suara arwah ini membutuhkan pendekatan yang hati-hati dalam identifikasi. Meskipun klaim keluarga sangat kuat bahwa suara tersebut adalah Vina yang sudah meninggal, hanya mempercayai klaim tersebut sebesar 55 persen," kata Kirama Wijaya, Doktor Metafisika Pertama di Indonesia.

Sebagai informasi, metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas seputar keberadaan dan realitas. Ilmu ini dianggap sebagai cabang filsafat yang paling abstrak.

Dalam pandangan metafisika, Kirama mengatakan ada entitas yang disebut Jin Qorin yang dapat memengaruhi energi dan memori untuk menyerupai individu yang telah meninggal.

Ahli metafisika Kirama Wijaya saat membahas fenomena rekaman suara yang diklaim adalah suara arwah Vina. (Ist)

Kirama menjelaskan bahwa Jin Qorin, sebagai entitas energi, memilih individu yang tepat untuk menjadi saluran atau medium untuk komunikasi dengan dunia fisik. Pemilihan individu ini seringkali didasarkan pada hubungan emosional atau spiritual yang kuat antara individu tersebut dengan arwah yang ingin berkomunikasi.

Meski demikian, Kirama menekankan bahwa dalam hal ini, penting untuk melakukan identifikasi lebih lanjut melalui pendekatan ilmiah dan forensik untuk memverifikasi kebenaran dari klaim tersebut.

Terkait klaim keluarga bahwa suara di rekaman tersebut sangat mirip dengan Vina, bahkan termasuk kata-kata dan ekspresi yang digunakan, Kirama menegaskan hanya bisa mempercayai klaim tersebut 55 persen. Ini menjadi bukti betapa fenomena tersebut sangat kompleks, di mana klaim spiritual dan kepercayaan pribadi bertemu engan kebutuhan bukti dan verifikasi ilmiah.

Penting untuk memahami bahwa dalam banyak kasus seperti ini, perasaan keluarga yang berduka sering kali memainkan peran penting dalam interpretasi fenomena metafisika. Emosi dan kebutuhan untuk berhubungan kembali dengan almarhum dapat mempengaruhi cara klaim diterima atau diproses oleh masyarakat luas.

Kehilangan Identitas Pribadi

Jauh sebelum rekaman suara arwah Vina beredar luas di masyarakat, kesurupan merupakan fenomena yang kerap terjadi di Indonesia. Kesurupan ini sering dialami seseorang yang sedang berada di tempat yang tidak biasa. Bahkan tidak jarang fenomena kesurupan massal menjadi pemberitaan media massa.

Namun menurut pandangan medis, kesurupan sebenarnya termasuk jenis gangguan mental yang disebut possession trance disorder.

Mengutip AI Carepossession trance disorder atau kesurupan ditandai dengan perubahan kesadaran dan identitas pribadi yang digantikan oleh identitas eksternal di mana perilaku dan gerakan seseorang dialami sebagai sesuatu yang nyata.

Episode kesurupan ini bersifat berulang dan mungkin berlangsung selama beberapa hari. Kesurupan bisa tidak disengaja atau disengaja, sebagai praktik budaya dan kepercayaan tertentu.

Possession trance disorder ini digolongkan dalam dissociative disorder atau gangguan disosiatif. Gangguan disosiatif adalah sekelompok gangguan kesehatan mental yang melibatkan pemisahan antara berbagai aspek pikiran, perasaan, ingatan, identitas, atau lingkungan sekitar seseorang. Gangguan ini menghasilkan gejala yang signifikan dan bisa mengganggu atau berdampak pada orang yang mengalaminya.

Possession trance disorder atau kesurupan ditandai dengan perubahan kesadaran dan identitas pribadi yang digantikan oleh identitas eksternal. (AI Care)

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), possession trance disorder merupakan gangguan yang terjadi ketika seseorang kehilangan identitas pribadi dan kesadaran akan lingkungannya secara sementara.

Umumnya, orang yang mengalami possession trance disorder mengalami beberapa gejala atau tanda-tanda seperti kehilangan kendali tas tindakan yang dilakukan, kehilangan kesadaran terhadap lingkungan sekitar, kehilangan memori atau ingatan, perubahan nada suara, kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi. Orang yang mengalami possession trance disorder juga mengalami perubahan perilaku dan berkeyakinan bahwa ada perubahan penampilan tubuh.

Hingga saat ini sebenarnya penyebab possession trance disorder tidak diketahui secara jelas dan pasti. Namun, para ahli mengungkapkan bahwa kesurupan mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan psikososial saat kehilangan seseorang atau kematian orang terdekat, perasaan bersalah, atau adanya konflik batin lainnya.

Peristiwa traumatik yang pernah dialami seperti pelecehan seksual, perang, atau peristiwa bunuh diri dalam anggota keluarga juga bisa menjadi penyebab possession trance disorder.

Apabila pasien memang benar didiagnosis menderita possession trance disorder, umumnya kondisi tersebut akan ditangani dengan kombinasi psikoterapi dan konsumsi obat-obatan.

Hingga saat ini, kaitan antara fenomena kesurupan dan gangguan mental masih terus dikaji dan diteiti lebih lanjut. Gangguan kesurupan adalah kondisi yang kompleks. Jangan ragu mencari bantuan medis dari dokter atau psikiater untuk membantu memahami dan mengatasi gejala yang dialami.