Badan Keamanan Ukraina Klaim Gagalkan Upaya Kudeta dengan Memicu Kerusuhan di Kyiv pada 30 Juni
JAKARTA - Ukraina berhasil menggagalkan dugaan rencana untuk menggulingkan pemerintah yang "akan menguntungkan Rusia," kata pejabat keamanan negara itu pada Hari Senin.
Dalam sebuah unggahan Telegram, Badan Keamanan Ukraina (SBU) mengklaim, para terduga penyelenggara kudeta berencana untuk memicu kerusuhan di Kyiv pada tanggal 30 Juni, sebagai pengalih perhatian untuk merebut kendali parlemen Ukraina, menyingkirkan kepemimpinan militer dan politik dari kekuasaan.
Tidak jelas apakah para terdakwa tersebut memiliki hubungan dengan Rusia, yang telah melancarkan invasi skala penuh yang menghancurkan terhadap tetangganya di barat daya selama hampir dua setengah tahun.
Empat tersangka telah diidentifikasi, dengan dua orang ditahan, kata SBU, melansir CNN 2 Juli.
Mereka menghadapi hukuman hingga 10 tahun penjara jika terbukti bersalah. SBU mengatakan telah menyita senjata dan amunisi, serta ponsel, komputer dan catatan lain "dengan bukti tindakan kriminal."
Sementara itu, Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengatakan, terduga pemimpin kudeta menyewa aula berkapasitas 2.000 orang, merekrut personel militer dan pengawal bersenjata dari perusahaan swasta untuk "melaksanakan penyitaan" parlemen. Tidak jelas apakah jaksa penuntut mencari tersangka lainnya.
"Untuk melaksanakan rencana kriminal tersebut, penyelenggara utama melibatkan beberapa kaki tangan perwakilan organisasi masyarakat dari Kyiv, Dnipro, dan wilayah lain," kata SBU.
Mengutip The New York Times, rencana tersebut memiliki kemiripan dengan serangkaian upaya lain yang telah dilaporkan oleh dinas keamanan Ukraina, bahkan sebelum invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022.
Misalnya, pada November 2021, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah konferensi pers, dinas keamanannya telah menggagalkan rencana untuk menggulingkan pemerintahannya.
Hanya sebulan sebelum Kremlin memerintahkan invasi skala penuh, Pemerintah Inggris mengatakan Moskow sedang mengembangkan rencana untuk mengatur kudeta di Ukraina untuk mengangkat pemimpin pro-Rusia.
Pada saat itu, pejabat intelijen mengatakan mereka mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang campur tangan Rusia dalam urusan internal Ukraina ke publik untuk mencoba mencegah eskalasi lebih lanjut.
Baca juga:
- Belanda Rampungkan Izin Ekspor, Menhan Ollongren Bilang Jet Tempur F-16 Segera Dikirim ke Ukraina
- 'Bela' Presiden Biden, Menlu Blinken: Kebijakannya Mengembalikan dan Meningkatkan Kepercayaan Dunia Terhadap AS
- Tepis Trump, Duta Besar Rusia Bilang Krisis Ukraina Tidak Bisa Diakhiri dalam Sehari
- Mahkamah Agung AS Putuskan Trump Miliki Kekebalan Terkait Kewenangan Konstitusional Sebagai Presiden
Presiden Zelensky mengatakan awal tahun ini, dinas keamanannya telah memberitahunya tentang lebih dari 10 upaya pembunuhan terhadapnya sejak saat itu.
Pada Bulan Mei, dinas keamanan Ukraina menangkap dua kolonel Ukraina, menuduh mereka berpartisipasi dalam rencana rumit untuk membunuh presiden dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
Diketahui, dugaan skema di Kyiv muncul saat Rusia telah membuat kemajuan perlahan tapi pasti di medan perang dalam beberapa bulan terakhir, mengeksploitasi berkurangnya pasukan Ukraina dan ketergantungan pada Barat untuk persenjataan, serta ketidakpastian atas masa depan bantuan militer tersebut.