Iran Gelar Pemilihan Presiden Hari Ini: Alireza dan Amir-Hossein Mundur, Empat Calon Berebut Suara
JAKARTA - Iran menggelar pemilihan presiden pada hari ini, untuk mencari pengganti mendiang Ebrahim Raisi yang wafat dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.
Tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 08.00 waktu setempat (11:30 WIB) ditutup pada pukul 18.00 (21:30), tetapi biasanya diperpanjang hingga tengah malam, melansir Reuters 28 Juni.
Karena penghitungan suara dilakukan secara manual, hasil akhir diperkirakan akan diumumkan hanya dalam dua hari meskipun angka awal mungkin keluar lebih cepat.
Pemilu kali ini akan diikuti oleh empat kandidat, setelah dua kandidat lainnya mengundurkan diri. Sebelumnya, Dewan Wali Iran menyetujui enam bakal calon awal bulan ini, yakni Mohammad Baqer Qalibah, ketua parlemen garis keras Iran dan mantan komandan Garda Revolusi. Ada pula Saeed Jalili, seorang konservatif, yang merupakan mantan kepala negosiator nuklir dan pernah menjabat sebagai kepala kantor Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei selama empat tahun. Serta wali kota konservatif Teheran Alireza Zakani menurut TV pemerintah.
Berikutnya, ada Massoud Pezeshkian, seorang anggota parlemen reformis. Ada pula Mostafa Pourmohammadi, seorang garis keras dan mantan menteri dalam negeri, serta Amir-Hossein Ghazizadeh Hashemi, seorang politisi konservatif.
Sehari sebelum pemilihan, Alireza dan Amir-Hossein mengundurkan diri tanpa alasan jelas. Ini menyisakan Mostafa Pourmohammadi (64), Massoud Pezeshkian (69), Saeed Jalili (58) dan Mohammad Bagher Ghalibah (62), seperti melansir Middle East Monitor.
"Saudara-saudara saya yang terkasih, Jalili dan Qalibaf, saya ingin mereka bersatu dan tidak membiarkan tuntutan kekuatan revolusioner tidak terjawab" tulis Zakani di media sosial X, menyerukan agar kedua tokoh garis keras paling terkemuka itu untuk bersatu.
Keempat kandidat telah berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi yang sedang lesu, yang dilanda salah urus, korupsi negara, dan sanksi yang diberlakukan kembali sejak 2018 setelah AS membatalkan pakta nuklir Teheran tahun 2015 dengan enam negara adikuasa dunia.
Jika tidak ada kandidat yang menang sedikitnya 50 persen ditambah satu suara dari semua surat suara yang diberikan termasuk suara kosong, putaran kedua antara dua kandidat teratas diadakan pada Hari Jumat pertama setelah hasil pemilihan diumumkan.
Meskipun pemilihan tersebut tidak mungkin membawa perubahan besar dalam kebijakan Republik Islam, hasilnya dapat memengaruhi suksesi Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran yang berusia 85 tahun, yang berkuasa selama tiga setengah dekade.
Baca juga:
- Kanselir Jerman Scholz Ingin Pengungsi Ukraina Dibagi Secara Adil
- Israel Serbu Permukiman di Gaza dan Minta Warga Palestina Pindah saat Korban Tewas Mencapai 37.765 Jiwa
- Presiden Putin Sebut Rusia Bakal Terima Lebih dari 40 Kapal Perang Tahun Ini, Perkuat Posisi di Wilayah Strategis
- UEA Pangkas Waktu Salat Jumat Menjadi 10 Menit untuk Lindungi Jemaah dari Terik Musim Panas mulai Hari Ini
Khamenei telah menyerukan jumlah pemilih "maksimum" untuk mengimbangi krisis legitimasi yang dipicu oleh ketidakpuasan publik atas kesulitan ekonomi dan pembatasan kebebasan politik dan sosial.
Pengkritik aturan ulama Iran mengatakan, jumlah pemilih yang rendah dan menurun dalam pemilihan umum baru-baru ini menunjukkan legitimasi sistem telah terkikis. Hanya 48 persen pemilih yang berpartisipasi dalam pemilihan 2021 yang membawa Raisi ke tampuk kekuasaan, dan jumlah pemilih mencapai rekor terendah 41 persen dalam pemilihan parlemen tiga bulan lalu.
Presiden berikutnya diperkirakan tidak akan menghasilkan perubahan kebijakan besar apa pun terkait program nuklir Iran atau dukungan bagi kelompok milisi di seluruh Timur Tengah, karena Khamenei memegang kendali penuh atas masalah-masalah penting negara. Namun, presiden menjalankan pemerintahan sehari-hari dan dapat memengaruhi nada kebijakan dalam dan luar negeri Iran.