Laut China Selatan Panas Usai Bentrok Coast Guard Bawa Kapak, Filipina Ajak Berunding Tiongkok
JAKARTA - Filipina berkeinginan untuk mengajak Tiongkok kembali ke meja perundingan guna menyelesaikan perbedaan di Laut China Selatan.
Kedua negara mengadakan pertemuan kelompok kerja pekan lalu sebagai persiapan untuk kemungkinan pertemuan Mekanisme Konsultasi Bilateral pada Juli, kata Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo dalam penyelidikan senat, Selasa, 25 Juni.
“Apa pun langkah-langkah membangun kepercayaan yang kami capai, hal itu tidak akan mengorbankan peningkatan kedaulatan, hak kedaulatan, serta hak dan yurisdiksi kami di Laut Filipina Barat,” kata Manalo dilansir Reuters.
Filipina menggunakan nama Laut Filipina Barat untuk bagian Laut China Selatan yang diklaimnya.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan dengan apa yang disebut sembilan garis putus-putus (nine-dash line), yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara penggugat lainnya, yakni Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Keputusan pengadilan arbitrase pada tahun 2016, yang tidak diakui oleh Beijing, membatalkan klaim Tiongkok atas perairan strategis tersebut.
Baca juga:
- Mantan Bos Geng Haiti Penculik 17 Misionaris AS Dihukum 35 Tahun Penjara
- AS Syok Video Militer Israel Ikat Warga Palestina di Kap Jip: Manusia Tak Boleh Dijadikan Tameng
- Menlu AS Ingatkan Israel Harus Siapkan Rencana Gaza Pascaperang
- Rusia Mengamuk Salahkan AS Atas Serangan di Krimea, Pentagon: Ukraina Putuskan Sendiri Targetnya
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Filipina mengatakan China menggunakan "kekuatan agresif dan ilegal" untuk mengganggu misi pasokan di Laut China Selatan.
Filipina mengatakan insiden maritim pekan lalu, yang melukai seorang pelaut, bukanlah kesalahpahaman atau bukan kecelakaan.
“Kami tidak meremehkan insiden tersebut,” Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro dilansir Reuters, Senin, 24 Juni.
Seorang pelaut Filipina menderita luka serius setelah apa yang digambarkan oleh militer Filipina sebagai "serudukan berkecepatan tinggi yang disengaja" oleh Penjaga Pantai China, yang bertujuan untuk mengganggu misi pasokan pasukan yang ditempatkan di Second Thomas Shoal pada 17 Juni.
Filipina pun menggambarkan insiden ini sebagai aksi bajak laut karena penjaga pantai China membawa kapak dan benda tajam lainnya saat menaiki kapal Filipina.
Kementerian Luar Negeri China membantah pernyataan Filipina. Juru bicaranya mengatakan tindakan yang diambil oleh penjaga pantai adalah tindakan yang sah dan profesional.
“Kami melihat kejadian terbaru di Ayungin bukan sebagai kesalahpahaman atau kecelakaan. Ini adalah tindakan yang disengaja dari pejabat China untuk menghalangi kami menyelesaikan misi kami,” kata Teodoro, menggunakan nama lokal untuk Second Thomas Shoal.