Filipina Lanjutkan Pasokan Militer di Laut China Selatan Usai Insiden 'Bajak Laut', Tiongkok Ingatkan Jangan Memprovokasi

JAKARTA - Menteri Pertahanan Filipina mengatakan China menggunakan "kekuatan agresif dan ilegal" untuk mengganggu misi pasokan di Laut China Selatan.

Filipina mengatakan insiden maritim pekan lalu, yang melukai seorang pelaut, bukanlah kesalahpahaman atau bukan kecelakaan.

“Kami tidak meremehkan insiden tersebut,” Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro dilansir Reuters, Senin, 24 Juni.

Seorang pelaut Filipina menderita luka serius setelah apa yang digambarkan oleh militer Filipina sebagai "serudukan berkecepatan tinggi yang disengaja" oleh Penjaga Pantai China, yang bertujuan untuk mengganggu misi pasokan pasukan yang ditempatkan di Second Thomas Shoal pada 17 Juni.

Filipina pun menggambarkan insiden ini sebagai aksi bajak laut karena penjaga panatai China membawa kapak dan benda tajam lainnya saat menaiki kapal Filipina.

Kementerian Luar Negeri China membantah pernyataan Filipina. Juru bicaranya mengatakan tindakan yang diambil oleh penjaga pantai adalah tindakan yang sah dan profesional.

“Kami melihat kejadian terbaru di Ayungin bukan sebagai kesalahpahaman atau kecelakaan. Ini adalah tindakan yang disengaja dari pejabat China untuk menghalangi kami menyelesaikan misi kami,” kata Teodoro, menggunakan nama lokal untuk Second Thomas Shoal.

“Itu adalah penggunaan kekuatan yang agresif dan ilegal. Namun kami terus mencari solusi damai terhadap masalah ini,” kata Teodoro.

Teodoro mengatakan Filipina akan terus menambah pasokan pasukannya yang ditempatkan di kapal perang berkarat yang berlabuh di Second Thomas Shoal.

Menanggapi pernyataan Teodoro, Kementerian Luar Negeri China mengatakan Filipina “harus menghentikan pelanggaran dan provokasinya” dan “bekerja sama dengan Tiongkok untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan”