Barat Kucurkan Pinjaman ke Ukraina Pakai Bunga Aset Rusia yang Dibekukan, Putin: Pencurian Tidak Luput dari Hukuman

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Hari Jumat, rencana negara Barat memberikan pinjaman kepada Ukraina dengan menggunakan bunga dari aset Rusia yang dibekukan di luar negeri merupakan pencurian dan tidak akan luput dari hukuman.

Berbicara dalam pertemuan dengan para pejabat Kementerian Luar Negeri, Presiden Putin mengatakan cara Barat memperlakukan Moskow menunjukkan negara manapun dapat menjadi korban pembekuan aset Barat yang serupa.

"Terlepas dari semua kepura-puraan, pencurian akan tetap menjadi pencurian. Dan itu tidak akan luput dari hukuman," tegas Presiden Putin, melansir Reuters 14 Juni.

"Sekarang menjadi jelas bagi semua negara, perusahaan (dan) dana pemerintah, bahwa aset dan cadangan mereka jauh dari aman dalam arti hukum dan ekonomi," jelasnya.

"Siapapun bisa menjadi sasaran berikutnya untuk diambil alih oleh AS dan Barat," tandas Presiden Putin.

Presiden Putin berbicara sehari setelah para pemimpin Kelompok Tujuh (G7), negara-negara demokrasi besar, menyetujui kesepakatan garis besar untuk memberikan pinjaman sebesar 50 miliar dolar AS untuk Ukraina.

Pinjaman itu menggunakan bunga dari aset-aset negara Rusia yang dibekukan setelah Moskow mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina pada tahun 2022, yang disebut sebagai operasi militer khusus.

Rencana G7 untuk Ukraina didasarkan pada pinjaman multi-tahun yang memanfaatkan keuntungan sekitar 300 miliar dollar AS dana Rusia yang disita. Rincian teknisnya akan diselesaikan dalam beberapa minggu mendatang, kata sumber diplomatik G7 kepada Reuters. Sumber yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan tambahan dana akan tiba pada akhir tahun ini.

Seorang pejabat senior Amerika mengatakan Amerika sendiri telah setuju untuk menyediakan dana hingga 50 miliar dollar AS, namun jumlah tersebut bisa menurun secara signifikan ketika negara-negara lain mengumumkan partisipasi mereka.