Moskow Ingatkan “Pembalasan Menyakitkan” Respons Keputusan G7 Pakai Uang Aset Rusia yang Dibekukan
JAKARTA - Moskow memperingatkan akan adanya pembalasan setelah keputusan G7 menggunakan aset Rusia yang dibekukan untuk dipinjamkan ke Ukraina.
Kementerian luar negeri Rusia memperingatkan para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (G7) akan menghadapi tindakan pembalasan yang “menyakitkan” menyusul keputusan mereka untuk meminjamkan uang ke Ukraina dengan menggunakan keuntungan dari investasi Rusia yang dibekukan.
Perjanjian untuk memberikan Ukraina 50 miliar dollar AS dari bunga aset-aset Rusia yang dibekukan “tidak akan membawa kebaikan bagi Barat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam konferensi pers di Moskow dilansir CNN, Kamis, 13 Juni.
Zakharova menyebut perjanjian tersebut sebagai “inisiatif ilegal” yang “mengancam ketidakseimbangan sistem keuangan dan menciptakan krisis yang dahsyat.”
“Ada cukup properti dan uang Eropa di Rusia… dan tindakan pembalasan yang tidak dapat dihindari akan sangat menyakitkan,” katanya.
Baca juga:
- Seperti di KTT Bali, Biden Dikabarkan Tak akan Hadiri Jamuan Makan Malam KTT G7 di Italia
- Kebakaran Landa Israel Utara Akibat Serangan Roket Hizbullah
- G7 Sepakati 50 Miliar Dollar AS untuk Ukraina, Uangnya dari Bunga Aset Rusia yang Dibekukan
- Pro Trump ‘Demo’ di Depan Gedung Putih, Olok-olok Biden Soal ‘Invasi’ Migran Jelang Pemilu AS
Diberitakan sebelumnya, para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (G7) menyetujui kesepakatan untuk memberikan pinjaman sebesar 50 miliar dollar AS kepada Ukraina.
Pinajaman ini menggunakan bunga dari aset negara Rusia yang dibekukan setelah Moskow melancarkan invasi ke negara tetangganyya pada tahun 2022.
Perjanjian politik tersebut merupakan inti dari hari pembukaan pertemuan puncak tahunan para pemimpin G7 di Italia, yang dihadiri Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Pemimpin Ukraina itu akan menandatangani perjanjian keamanan jangka panjang baru dengan Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis, serta perjanjian dengan sesama anggota G7, Jepang.
Banyak pemimpin G7 yang mengalami kesulitan di dalam negeri namun bertekad untuk membuat perbedaan di panggung dunia karena mereka juga berupaya melawan ambisi ekonomi China.
“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun saya yakin bahwa dalam dua hari ini kita akan dapat melakukan diskusi yang akan menghasilkan hasil yang konkrit dan terukur,” kata Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni kepada para tamu G7 saat pembicaraan mereka dimulai di resor mewah di Puglia, dilansir Reuters, Kamis, 13 Juni.