Kemitraan Eropa dan China Akan Berakhir Setelah Misi Chang'e-6 Berhasil
JAKARTA – Badan Antariksa Eropa (ESA) membantu China dalam menyukseskan misi Chang'e-6. Lembaga itu menyediakan muatan untuk mengumpulkan dan membawa pulang sampel dari sisi jauh bulan.
Muatan yang dikembangkan oleh Institut Fisika Luar Angkasa Swedia itu berhasil mengumpulkan sampel pada awal bulan ini. Tim instrumen Ion Negatif di Permukaan Bulan (NILS) dari ESA pun mengatakan bahwa misi Chang'e-6 telah berhasil.
Dengan suksesnya misi eksperimen NILS melalui peluncuran Chang'e-6, kerja sama antara Eropa dan China akan berakhir. Setelah meluncurkan Chang'e-6, China berencana meluncurkan Chang'e-7 dan Chang'e-8, tetapi ESA belum memiliki niatan untuk berkolaborasi kembali.
Kepada Spacenews, Administrator Hubungan Internasional ESA Karl Bergquist mengatakan bahwa ESA belum memiki keputusan apa pun mengenai kerja sama peluncuran Chang'e-7 dan Chang'e-8. ESA juga tidak akan terlibat dalam pembangunan Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS).
"ESA tidak akan bekerja sama dalam ILRS karena ini adalah inisiatif China-Rusia," kata Bergquist. Ia menambahkan bahwa mereka tidak bisa bekerja sama dengan proyek yang mengikutsertakan Rusia karena negara tersebut sedang diembargo.
Baca juga:
Selain tidak mendukung pembangunan ILRS, ESA juga sudah berhenti mengejar peluang peluncuran astronot Eropa ke Stasiun Luar Angkasa Tiangong. Padahal, ESA sempat melakukan pertukaran pelatihan dengan China.
Sejak ILRS dirancang pada tahun 2021, Moskow dan Beijing berencana mengajak ESA untuk menyukseskan program tersebut. Namun, prospek kerja sama ini gagal karena Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022.