Terapkan Skenario ARED, RI Dapat Tambahan Listrik Bersih 61 GW di 2040
JAKARTA - PT PLN (Persero) berencana menambah listrik bersih dengan total 61 Gigawatt (GW) dengan menerapkan skenario Accelerated Renewable Energy Development (ARED) hingga tahun 2040.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, untuk memuluskan rencana ini, perencanaan pembangunan disokong Green Super Grid untuk mengatasi ketidaksesuaian antara suplai dan kebutuhan listrik serta menghubungkan sumber energi baru terbarukan (EBT) ke pusat-pusat demand.
"Pertama adalah kami memetakan adanya mismatch antara lokasi potensi sumber energi baru terbarukan dengan epicentrum of demand. Maka untuk itu dalam membangun Accelerated Renewable Energy Development ini diperlukan namanya Green Supergrid atau Green Enabling Transmission untuk mendukung Renewable Energy Development," ujar Darmawan yang dikutip Jumat 31 Mei.
Nantinya, kata dia, pembangunan transmisi akan dilakukan dari Pulau Sumatera, lanjut ke Pulau Jawa, hingga Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.
Selain itu juga akan dibangun Green Enabling Transmission Line di Sulawesi dan Kalimantan yang paling banyak memiliki pasokan listrik hijau, kemudian di tahun 2035 perlu adanya koneksi dari Kalimantan ke Pulau Jawa yang merupakan pusat demand.
"Kemudian juga perlu adanya koneksi dari Nusa Tenggara Timur ke Jawa di sekitar di tahun 2040," sambung Darmawan.
Adapun sumber energi baru tersebut antara lain Hydro, Geothermal, Bioenergy, Solar, dan angin.
Baca juga:
Darmawan merinci, 61 GW tersebut terdiri dari 20 GW energi hydro, geothermal sekitar 7,1 GW, bioenergy sekitar 3,7 GW, solar 16,5 GW, wind sekitar 11,3 GW, kemudian new energy ada sekitar 2,3 GW, dengan total yaitu 61 GW.
"Ini antara 2024 sampai 2040," ujar Darmawan singkat.
Tak hanya 61 GW, kata dia, akan ada tambahan 20 GW pembangkit berbasis pada gas.
"Ditambah adanya penambahan 20 GW pembangkit berbasis pada gas, dan ini mempertimbangkan juga adanya peraturan presiden mengenai energi baru terbarukan yang sudah dirilis dua tahun lalu di mana PLN tidak bisa lagi menambah perencanaan kapasitas pembangkit yang berbasis pada batubara," pungkas Darmawan.