Bagikan:

JAKARTA - Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) Indonesia dihadapkan lada beragam tantangan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah jauhnya pusat permintaan listrik dari lokasi yang memiliki potensi listrik EBT.

Direktur Jendeal Ketenaga Listrikan Jisman P Hutajulu mengatakan, untuk mendorong percepatan pengembangan EBT, Indonesia masih membutuhkan penguatan infrastruktur kelistrikan.

"Lokasi potensi EBT yang besar pada umumnya jauh dari pusat beban, sehingga kita memerlukan penguatan infrastruktur transmisi tenaga listrik untuk mengevakuasi energi listrik dari potensinya menuju pusat beban," ujar Jisman yang dikutip Rabu, 15 November.

Untuk mengatasi masalah tersebut Jisman menyebut pemerintah akan membangun supergrid untuk mengoptimalkan potensi energi terbarukan di lima pulau utama seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara-Bali.

Nantinya interkoneksi ini akan terbentang sepanjang 112 kilometer sirkuit (kms) dan memerlukan saluran udara maupun saluran kabel bawah laut bertegangan tinggi.

Asal tahunsaja, saat ini Pulau Jawa memiliki transmisi HVAC 500 kV dan untuk wilayah Sumatera sedang dikembangkan transmisi HVAC 500 kV dari Sumatera Selatan ke Sumatera Utara.

Senada, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo yang juga Ketua Dewan Pengawas MKI menegaskan, PLN telah merancang Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang akan mengatasi tantangan tersebut.

Melalui ARED, PLN akan mengembangkan green enabling transmission line dan smart grid yang mampu menyuplai listrik dari sumber EBT yang terpisah dan terisolir menuju pusat permintaan listrik.

Menurutnya, ARED juga mampu meningkatkan kapasitas dan keandalan sistem PLN untuk mengalirkan listrik dari sumber EBT yang karakternya intermitensi atau fluktuatif seiring perubahan cuaca.

”Bagaimana kami akan mengatasi intermitensi ini? Kami sedang dalam proses merancang dan mengembangkan smart grid. Pembangkitan yang fleksibel, digitalisasi smart transmission, smart distribution, smart meter sehingga kami dapat menambahkan yang sebelumnya hanya 5 Gigawatt (GW) EBT menjadi 32 GW bisa masuk dalam sistem PLN,” paparnya.

Darmawan juga mengungkapkan bahwa dalam RUKN terbaru, Pemerintah dan PLN telah bersepakat untuk meningkatkan bauran EBT sebesar 75 persen dan 25 persen sisanya akan berasal dari gas pada 2040. Dengan begitu, dirinya optimistis, dengan dukungan pemerintah dan komunitas global, transisi energi Indonesia bisa terus didorong.