JAKARTA - PT PLN (Persero) memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cisokan dengan kapasitas 1.040 megawatt (MW). PLTA yang menelan investasi sekitar 850 juta dolar AS ini berlokasi di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Cianjur, Jawa Barat.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Harris A Yahya menyampaikan, PLTA yang menjadi bagian dari rencana mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) itu ditargetkan beroperasi pada 2027. Tidak hanya dari sisi besaran kapasitas saja tetapi juga bisa menjadi baseload sehingga PLN tetap bisa mengalirkan listrik yang andal.
"Dalam transisi energi ini kita juga harus bicara soal pasokan listrik yang tidak hanya andal tetapi menggunakan energi bersih untuk bisa menghindari emisi gas rumah kaca. PLTA menjadi salah satu jenis pembangkit yang bisa menjadi baseload ini," ujar Harris dalam keterangan resmi, Jumat 23 September.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, dengan dimulainya pembangunan PLTA Cisokan ini sebagai wujud komitmen PLN dalam menurunkan emisi karbon dan meningkatkan bauran pembangkit EBT. Apalagi, PLN juga mempunyai agenda untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), di mana butuh pengganti yang bisa menjadi baseload.
"PLTA ini adalah yang pertama di Indonesia dengan teknologi pump storage. Ini adalah terobosan luar biasa, karena membuat fungsi PLTA menjadi seperti power storage yang bisa sangat efisien sekaligus andal untuk diaktivasi terutama saat kondisi beban puncak. Dan tentunya akan menambah keandalan sistem yang lebih besar," ujar Darmawan.
PLTA Cisokan ini dibangun menggunakan Roller Compacted Concrete (RCC) di mana pada bendungan atas dan bawah memanfaatkan sumber daya air sungai Cisokan yang merupakan anak sungai Citarum. PLN akan lebih dulu membangun bendungan dari hulu sampai hilir serta infrastruktur kelistrikan sepanjang 27 kilometer sepanjang aliran sungai.
Melalui teknologi Pumped Storage, maka saat beban listrik sedang puncak, PLTA ini bisa mengalirkan sistem debit air sehingga bisa memutar turbin dan memberikan pasokan listrik tambahan. Sedangkan saat beban kelistrikan Jawa Bali sedang turun, maka PLTA ini bisa langsung mengembalikan debit air melalui tunnel.
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, selain sebagai pembangkit pemikul beban puncak, PLTA PS Upper Cisokan juga dapat difungsikan sebagai pengatur frekuensi, spinning reserve serta untuk memperbaiki beban dasar dan load factor system.
"Diharapkan dengan beroperasinya PLTA PS Upper Cisokan nanti, dapat berkontribusi dalam peningkatan bauran EBT sebesar 0,56 persen dan pengurangan CO2 sebesar 7,3 juta ton CO2e pada tahun 2040," ujar Wiluyo.
BACA JUGA:
Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat Ai Sadiyah menjelaskan, PLTA ini menjadi sebuah kebanggaan bagi Jawa Barat. Pembangunan ini selain menjadi bagian upaya pemerintah dan PLN dalam transisi energi nasional, juga bisa memberikan sumbangsih bagi pembangunan di Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat, lanjut Ai, punya potensi EBT baik surya, bayu maupun panas bumi dan juga hydropower. Dengan dimulainya PLTA Cisokan ini menjadi poin awal dalam pengembangan EBT di Jawa Barat.
"Ini juga sebagai wujud komitmen kami dalam menyokong transisi energi nasional. Kami berharap PLTA ini bisa juga meningkatkan keandalan kelistrikan di Jawa. Pengembangan EBT ke depan bisa terus didorong untuk target transisi energi nasional," ujar Ai.
Dengan adanya PLTA Cisokan ini bisa menjadi infrastruktur pendukung dan stimulan pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan kawasan industri maupun kawasan ekonomi baru di Jawa Barat.
Hingga Agustus 2022, kapasitas terpasang PLTA yang telah dikembangkan oleh PLN adalah sebesar 5,4 GW atau sebesar 8,1 persen dari total kapasitas terpasang pembangkit PLN di Indonesia.
Sedangkan Pembangkit tenaga listrik berbasis air yang dalam proses pengembangan di PLN sesuai RUPTL 2021-2030 adalah tahap konstruksi sebesar 2,7 GW, tahap pendanaan sebesar 0,32 GW, tahap pengadaan sebesar 0,27 GW, dan tahap perencanaan sebesar 6,8 GW.