AS Bilang Serangan Israel di Rafah Tidak Melanggar Garis Merah dan Tak akan Mengubah Kebijakan
JAKARTA - Pemeritahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, serangan Israel ke kamp pengungsi di Rafah tidak melanggar garis merah mereka, tidak akan mengubah kebijakan Gedung Putih terhadap Israel.
"Pihak Israel telah mengatakan ini adalah kesalahan yang tragis," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada para wartawan di Gedung Putih, ketika ditanya apakah serangan akhir pekan lalu itu memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai "kematian dan kehancuran" yang dapat berakibat pada penangguhan lebih banyak bantuan untuk Israel, seperti yang diperingatkan oleh para pejabat AS melansir, Reuters 29 Mei.
Kirby mengatakan, Negeri Paman Sam "tidak memiliki tolok ukur di sini atau kuota."
"Kami tidak ingin melihat operasi darat besar-besaran, kami belum melihatnya saat ini," jelasnya, ketika ditanya apakah itu telah melewati garis merah Presiden Biden, dikutip dari CNN, seraya mencatat sebagian besar operasi Israel dilakukan di koridor pinggiran Rafah.
Ketika ditanya apakah ia mengatakan operasi darat baru-baru ini di Rafah tidak akan menyebabkan lebih banyak penundaan bantuan militer AS, Kirby berkata, "Saya yakin itulah yang saya katakan di sini."
Setidaknya 45 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka setelah serangan Israel di Rafah mengenai kamp pengungsi yang dikatakan berada di zona aman pada Hari Minggu.
Kebanyakan dari korban adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza dan petugas medis Palestina.
Baca juga:
- Prancis Siap Akui Negara Palestina, Presiden Macron: Tidak Ada yang Tabu
- Seluruh RS di Rafah Tidak Bisa Berfungsi, Korban Tewas Warga Palestina Tembus 36 Ribu Jiwa
- Pemerintah Slovenia Bakal Bahas Proposal Pengakuan Negara Palestina Pekan Ini
- Spanyol, Irlandia dan Norwegia Akui Palestina, Indonesia: Penting untuk Wujudkan Solusi Dua Negara
Israel mengatakan serangan itu presisi dan berdasarkan intelijen akurat, dengan dua komandan senior Hamas dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui ada yang tidak beres secara strategis dari serangan tersebut, sehingga jatuh korban jiwa warga sipil, mengatakan penyelidikan peristiwa itu telah digelar.