Bagikan:

JAKARTA - Israel menegaskan pasukannya berada di pusat kota Rafah ‘menentang’ kecaman internasional atas operasi di kota Gaza selatan

Militer Israel berada di pusat Rafah, demikian konfirmasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam pernyataan pada Jumat, 31 Mei, meskipun ada kekhawatiran dan kemarahan internasional atas operasi militernya di kota paling selatan Gaza.

Pernyataan IDF mengkonfirmasi apa yang dikatakan oleh para saksi mata kepada CNN awal pekan ini, ketika tank-tank tersebut terlihat di pusat Rafah untuk pertama kalinya sejak memasuki kota tersebut awal bulan ini.

“Pasukan IDF di Rafah tengah menemukan peluncur roket Hamas, terowongan teror, dan senjata. Pasukan juga membongkar fasilitas penyimpanan senjata Hamas di daerah tersebut,” kata IDF dalam pernyataannya.

Pada Rabu, 28 Mei militer Israel mengatakan telah menetapkan “kontrol operasional” atas Koridor Philadelphia, zona penyangga sepanjang 14 kilometer (8,7 mil) di sisi Palestina di perbatasan Mesir-Gaza.

Akses terhadap layanan telepon seluler di Rafah terputus pada Kamis, 30 Mei, karena serangan Israel yang sedang berlangsung, kata perusahaan telekomunikasi Palestina Jawwal dalam pernyataan.

Serangan Israel ke Rafah pada awal Mei menandai fase baru dalam perangnya melawan Hamas di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan di wilayah tersebut, membuat sebagian besar penduduk di jalur tersebut mengungsi dan memicu bencana kemanusiaan yang sangat mengerikan.

Selama akhir pekan, Israel melancarkan serangan udara terhadap kamp pengungsian di kota tersebut, menewaskan puluhan orang dan menimbulkan kemarahan global. Serangan itu juga menewaskan dua pemimpin Hamas, kata Israel.

Rekaman yang diperoleh CNN menunjukkan kamp tersebut terbakar, dengan kondisi warga  termasuk anak-anak dengan panik berusaha mencari perlindungan dari serangan malam hari. Mayat yang terbakar, termasuk anak-anak,dievakuasi tim penyelamat.

“Kata tragis bahkan tidak bisa menggambarkannya,” kata Wakil Presiden AS Kamala Harris tentang insiden pada hari Selasa. Namun baik dia maupun Presiden Joe Biden tidak mengatakan serangan itu melewati garis merah untuk mendapatkan dukungan AS.

Biden mengatakan dalam wawancara dengan CNN awal bulan ini bahwa dia tidak akan mengizinkan senjata tertentu AS digunakan dalam serangan besar di Rafah.

Konfirmasi kehadiran IDF di Rafah tengah terjadi ketika mereka menyatakan telah mengakhiri operasi di Jabalya timur, di utara Jalur Gaza.

Militer mengatakan dalam pernyataan pasukannya telah menghancurkan lebih dari 10 kilometer (enam mil) terowongan dan lokasi produksi senjata dalam operasi Jabalya, yang dimulai awal bulan ini dan melibatkan apa yang digambarkan IDF sebagai “pertempuran intens dan pertemuan jarak dekat. ”