Partai Demokrat Kecam Serangan ke Rafah, Berapa Lama Lagi AS Diam Diri saat Israel Membantai Bayi Palestina?

JAKARTA - Politisi Partai Demokrat Amerika Serikat, partai asal Presiden Joe Biden, kembali menekan pemerintahan Washington untuk mengurangi dukungannya kepada Israel, seiring dengan serangan ke Rafah menewaskan warga sipil, sementara Gedung Putih kembali meminta Israel untuk mengambil semua tindakan guna mencegah jatuhnya korban sipil.

Serangan udara Israel di Rafah pada Minggu malam menghantam kamp pengungsian dan menewaskan sekitar 45 orang, kebanyakan anak-anak, perempuan dan orang tua.

Itu menambah besar tekanan terhadap pemerintahan Presiden Joe Biden dari dalam partainya sendiri yang sudah ada sebelum serangan udara Israel yang menuai kecaman internasional.

Anggota DPR AS dari Partai Demokrat Alexandria Ocasio-Cortez pada Hari Senin menyebut serangan itu sebagai "kekejaman yang tidak dapat dipertahankan", dan menambahkan dalam unggahan di media sosial, "sudah lama sekali bagi Presiden untuk menepati janjinya dan memberhentikan sementara bantuan militer," seperti dikutip dari Reuters 28 Mei.

Israel terus melakukan serangan terhadap Rafah meskipun ada keputusan pengadilan tinggi PBB pada Hari Jumat yang memerintahkan mereka untuk menghentikan serangannya, berdalih keputusan pengadilan tersebut memberi mereka (militan, red) ruang untuk melakukan aksi militer di sana.

"Gambar-gambar mengerikan dan memilukan muncul di Rafah," kata anggota DPR AS dari Partai Demokrat Ayanna Pressley dalam sebuah unggahan di media sosial.

"Berapa lama lagi AS akan berdiam diri sementara militer Israel membantai dan memutilasi bayi-bayi Palestina?”

Sedangkan satu-satunya warga Palestina-Amerika yang menjadi anggota Kongres AS melalui DPR AS dari Partai Demokrat Rashida Tlaib menyebut menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "maniak genosida".

Pejabat Gaza maupun Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, wilayah sasaran serangan itu adalah kamp pengungsian yang baru-baru ini didirikan di dekat gudang Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di barat laut Rafah. Itu dikatakan sebagai zona aman.

Namun, militer Israel mengatakan, serangan udara itu presisi dan berdasarkan informasi intelijen yang tepat, berhasil menewaskan dua komandan senior kelompok Hamas.

Terkait serangan itu, Pemerintahan Presiden Biden meminta Israel untuk mengambil setiap tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil, setelah serangan militer di Rafah menewaskan warga Palestina.

"Israel mempunyai hak untuk menyerang Hamas, dan kami memahami serangan ini menewaskan dua teroris senior Hamas yang bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil Israel,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC).

"Tetapi seperti yang telah kami jelaskan, Israel harus mengambil segala tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil," tambahnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri mengatakan ada yang salah dari serangan yang tidak dimaksudkan untuk menyasar warga sipil tersebut, dengan pihaknya melakukan penyelidikan atas peristiwa itu.

Juru bicara NSC mengatakan, Pemerintah AS "secara aktif terlibat" dengan militer Israel dan pihak lain di lapangan untuk menilai apa yang terjadi.