Kenapa Perlu Patch Test sebelum Pakai Skincare Baru? Ini Alasan dan Cara Melakukannya

YOGYAKARTA – Patch test adalah uji tempel yang merupakan prosedur dalam mengidentifikasi bahan apa yang mungkin mengiritasi kulit seseorang. Dalam memilih skincare baru, Anda perlu melakukan patch test. Kenapa perlu patch test sebelum memakai skincare baru?

Produk perawatan kulit mengandung bahan kimia tertentu. Kulit setiap orang juga memiliki sensitivitas atau bereaksi berbeda pada setiap bahan kimia dalam skincare yang diaplikasikan. Maka dengan melakukan patch test, seseorang dapat mengetahui apakah suatu produk skincare mengandung bahan yang menyebabkan kulitnya bereaksi tak diinginkan.

Menurut laporan American Academy of Dermatology, dilansir Medical News Today, Senin, 27 Mei, lebih dari 15.000 zat dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Lebih spesifik lagi, penelitian tahun 2021 menemukan bahwa produk perawatan pribadi dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan pada pria (28,8 persen) dan wanita (39,5 persen). Untuk itu, penting sekali melakukan patch test sebelum memakai skincare atau perawatan pribadi yang baru akan Anda pakai.

Ilustrasi kenapa perlu patch test sebelum pakai skincare baru (Freepik)

Kalau Anda bertanya-tanya dimana melakukan patch test, Anda bisaa melakukannya di rumah. Ini membantu mengidentifikasi bagaimana kulit Anda bereaksi pada jenis skincare tertentu yang mengandung zat aktif tertentu pula. Uji tempel, merupakan pemeriksaan diagnostik untuk bahan kimia, pengawet, parfum, dan kosmetik. Uji tempel melibatkan penerapan sejumlah kecil zat atau produk pada kulit dan membiarkannya untuk melihat adakah reaksi yang terjadi. Penting diketahui, patch test berbeda dengan tes alergi yang biasanya dilakukan di laboratorium atau klinik kecantikan. Namun biasanya, dokter kulit atau ahli estetika juga menawarkan uji tempal di kliniknya. Cara patch test skincare yang dilakukan di rumah, berikut langkah-langkahnya:

  1. Oleskan produk ke sebagian kecil kulit di mana tak terkena air atau tak sengaja tergosok. Area yang tepat, antara lengan atau lekukan siku. Oleskan lebih tebal untuk produk yang akan digunakan secara teratur.
  2. Biarkan produk menempel pada bagian kulit tersebut selama mungkin. Biasanya biarkan menempel selama 5 menit atau selama yang disarankan dalam petunjuknya.
  3. Ulangi patch test sebanyak dua kali sehari selama antara 7-10 hari. Reaksi mungkin tidak langsung terjadi. Artinya, penting untuk terus mengaplikasikan produk dalam jangka waktu tersebut.
  4. Jika kulit beraksi terhadap produk skincare yang telah diaplikasikan, segera cuci dan berhenti menggunakannya. Bisa juga melakukan kompres dingin atau mengoleskan petroleum jelly untuk meredakan nyeri kulit, jika diperlukan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, produk perawatan kulit mungkin mengandung bahan berbeda, tergantung tujuan yang ingin dicapai apa. Beberapa bahan tersebut, bukan tidak mungkin dapat mengiritasi kulit. Maka penting sekali melakukan uji tempel supaya tahu apa yang bisa dan tidak bisa diterima oleh kulit.

Selain memahami apa itu patch test dan bagaimana melakukannya, kenali pula jenis dermatitis kontak. Dermatitis kontak adalah iritasi kulit karena paparan suatu zat.

Dermatitis kontak, dibedakan menjadi dua, yaitu dermatitis kontak iritan (ICD/irritant contact dermatitis) dan dermatitis kontak alergi (ACD/allergy contact dermatitis). ICD terjadi ketika zat eksternal merusak sel epidermis kulit sehingga memicu respons peradangan. Iritasi ini dapat bertambah parah karena suhu rendah atau tinggi, kelembapan tinggi, dan jenis kulit seseorang. Sedangkan ACD, terjadi ketika mengalami reaksi alergi setelah kontak kulit dengan alergen. Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang salah mengira zat yang tidak berbahaya sebagai zat berbahaya dan menyerangnya. Respon imun ini menyebabkan peradangan dan iritasi.

Patch test dilakukan untuk mengidentifikasi zat tertentu dalam produk skincare yang nggak cocok diaplikasikan pada kulit. Menurut penelitian, zat penyebab iritasi atau ICD, mencakup antralin, benzalkonium klorida, tretinoin dan tetra etilen glikol diakrilat, ditranol, epiklorohidrin, podofilin, dan propane sulfon. Penelitian lain menunjukkan, propilen glikol biasa ditemukan dalam kosmetik berbentuk krim dan losion. Kalau menurut FDA, penyebab alergi atau ACD, antra lain karet alam, pewangi, pengawet, pewarna, dan logam.