Kota Milan Bakal Larang Penjualan Gelato dan Pizza Setelah Tengah Malam
JAKARTA - Pemerintah Kota Milan, Italia menerbitkan aturan baru yang bakal melarang aktivitas kuliner yang sudah melegenda, bagian dari budaya dan daya tarik wisatawan.
Menelusuri jalan berbatu di untuk berburu gelato di malam hari adalah bagian dari budaya intrinsik dari budaya Italia bagi penduduk kota.
Selain warga setempat, kegiatan ini juga menjadi 'agenda wajib' jutaan wisatawan yang mengunjungi ibu kota mode Italia itu setiap tahunnya.
Tradisi lama itu bisa berakhir seiring dengan pengumuman undang-undang baru, di mana Wakil Wali Kota Bidang Keamanan Granelli mengumumkan rencana untuk melarang penjualan makanan dan minuman yang dibawa pulang setelah tengah malam, untuk menjaga "ketenangan" di 12 distrik tersibuk di kota tersebut.
"Tujuan kami adalah mencari keseimbangan antara keramahan dan hiburan serta kedamaian dan kesehatan warga," tulis Grenelli di media sosial, dikutip dari CNN 15 Mei.
"Kami percaya pada kota yang hidup, di mana generasi muda dan tua memiliki ruang yang dapat mereka bagikan bersama," sambungnya.
Larangan tersebut, yang menurut para pejabat diperlukan untuk mengatasi kebisingan yang berlebihan di kawasan permukiman, juga akan mencegah perusahaan menyajikan makanan dan minuman di luar area antara pukul 00:30 hingga 06:00 pada hari kerja, serta pukul 01:30 hingga 06:00 pada akhir pekan.
Namun, itu mendapatkan kritik dari kritikus yang mengatakan larangan tersebut bertentangan dengan budaya Italia, menyerukan amandemen.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Peritel Italia cabang Milan (Confcommercio) Marco Barbieri mengatakan kepada CNN, larangan tersebut "bertentangan dengan akal sehat."
"Jika sebuah keluarga Italia pergi makan pizza dan ingin berjalan-jalan setelahnya serta menikmati gelato, mereka akan didenda berdasarkan peraturan ini," katanya.
Ia mengakui, beberapa warga merasa terganggu oleh kebisingan. Namun, ia menambahkan masih ada ruang untuk kompromi, seperti membiarkan taman dan ruang lain tetap terbuka lebih lama.
"Milan punya banyak kawasan yang cocok untuk 'movida' (pesta) yang tidak mengganggu warga, perlu dibuka belakangan, bukan ditutup lebih awal," ujarnya.
Baca juga:
- Siap Bicara dengan Ukraina Tapi Cari yang Bisa Dipercaya, Presiden Putin Singgung Ditipu Usai Penarikan Pasukannya
- Puji Perwakilan Negaranya di ICJ, Menlu Katz: Tidak Ada yang Bisa Menghalangi Hak Israel Membela Diri
- Diteriaki "Pembohong" oleh Pengunjuk Rasa di Ruang Sidang ICJ, Israel Sebut Tidak Ada Genosida di Gaza
- Israel Sebut Klaim Afrika Selatan Soal Genosida di Gaza Bias dan Palsu
Barbieri juga menilai tengah malam masih terlalu dini untuk menghentikan penjualan. Dikatakannya, sebagian besar anak muda di Milan bahkan tidak berpikir untuk pergi makan malam sebelum jam 10 malam, terutama di musim panas.
"Kami berharap mereka menghapus gelato, air, dan pizza dari daftar. Tinggalkan larangan alkohol, tapi lakukan nanti malam," katanya.
Sebelumnya, rencana serupa untuk melakukan tindakan keras pernah dibahas oleh pemerintah daerah pada tahun 2013. Namun dibatalkan setelah adanya reaksi keras dari masyarakat, diikuti terbentuknya gerakan protes yang dijuluki "Occupy Gelato."