Jawaban Ahok saat Ditanya Pejabat 'Ngawur' Pertamina yang Dipecat Jokowi: Tanya ke Dirut Saja

JAKARTA - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok buka suara terkait petinggi Pertamina yang langsung dipecat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait impor barang.

Namun sayangnya Ahok belum mau mengungkap nama yang dipecat. Menurut Ahok, sebaiknya hal ini langsung ditanyakan kepada Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.

"Nanya ke Dirut (Pertamina, Nicke Widyawati) aja," kata Ahok kepada VOI, Jakarta, Rabu, 10 Maret.

Adapun kabar pemecatan ini sebelumnya disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut mengatakan, pemecatan pejabat dilatarbelakangi oleh persoalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sebagai catatan, pemerintah memang tengah mendorong kenaikan TKDN untuk menekan impor dan menjaga neraca perdagangan

"Ada pejabat tinggi Pertamina kemarin itu dipecat Presiden Jokowi langsung," tuturnya dalam acara Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT 2021, Selasa, 9 Maret.

Namun sayang, Luhut tidak menjelaskan secara spesifik nama pejabat perusahaan migas pelat merah itu. Pihaknya juga tidak membeberkan waktu pasti pemecatan dan siapa pengganti pejabat tinggi Pertamina yang diberhentikan tersebut.

Luhut hanya menyampaikan bahwa pejabat tersebut sempat bertanya alasan pemecatan dirinya. Kala itu, kata Luhut, Jokowi beralasan pemecatan terkait dengan TKDN.

"Jadi kamu cek aja siapa yang diganti," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Luhut mengaku sudah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo untuk mengurangi impor dan mengutamakan produk dalam negeri.

Bahkan, Luhut mengaku sudah pula menyampaikan kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi agar mengurangi kebiasaan impor di Indonesia.

"Saya bilang ke Mendag saya bilang dia paten. Saya bilang Fi (Lutfi), lu jangan mau itu impor-impor itu, tanya gue dulu," ujarnya.

Luhut mengaku geram saat melihat beberapa perusahaan pelat merah juga ikut-ikutan impor. Padahal bahan dan alat produksinya telah ada di Indonesia.

"Misal bikin pipa. Pertamina ngawurnya minta ampun itu, masih impor pipa padahal bisa dibuat di Indonesia. Saya sedih melihat anak muda itu hanya melacurkan profesionalismenya itu," tuturnya.