Keji, Rezim Militer Myanmar Perintahkan Polisi dengan Senjata Mesin Habisi Pengunjuk Rasa Anti Kudeta
JAKARTA - Sejumlah polisi Myanmar diketahui menolak perintah untuk menghabisi pengunjuk rasa dengan senjata api, kemudian memilih untuk melarikan diri ke India pada pekan lalu.
Sedikitnya 100 orang yang kebanyakan polisi beserta keluarganya, memilih untuk melarikan diri India. Beberapa di antara mereka bersembunyi di Distrik Champai Mizoram, India, menurut seorang pejabat senior India seperti dilansir Reuters.
Satu di antara polisi yang menolak perintah rezim militer Myanmar dan memilih lari ke India adlah Tha Peng. Bergabung dengan polisi Myanmar sembilan tahun lalu, Tha Peng mengungkap aturan yang berlaku adalah menghentikan pengunjuk rasa dengan tembakan peluru karet, atai ditembak di bawah lutut.
Namun, dalam penuturannya Tha Peng mengaku diberi perintah oleh atasannya, untuk menembak para pengunjuk rasa anti kudeta militer Myanmar hingga mati.
Perintah ini didapat Tha Peng, untuk membubarkan para pengunjuk rasa di Kota Khampat pada 27 Februari lalu. Tha Peng mendapat perintah seperti itu, karena ia memegang senapan mesin ringan.
"Keesokan harinya, seorang petugas menelepon untuk menanyakan apakah saya akan menembak," katanya yang kemudian memilih mengundurkan diri dari kepolisian.
Pada 1 Maret, dia mengatakan dia meninggalkan rumah dan keluarganya di Khampat dan melakukan perjalanan selama tiga hari, kebanyakan pada malam hari untuk menghindari deteksi, sebelum menyeberang ke negara bagian Mizoram timur laut India.
“Saya tidak punya pilihan,” kata Tha Peng kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada hari Selasa, berbicara melalui penerjemah. Dia hanya memberikan sebagian dari namanya untuk melindungi identitasnya.
Tha Peng mengatakan dia dan enam rekannya semuanya tidak mematuhi perintah 27 Februari dari seorang atasan, yang tidak dia sebutkan. Sementara, dalam dokumen rahasia Polisi Mizoram, pengakuan serupa juga diberikan oleh empat polisi Myanmar lainnya yang turut menyeberang ke India.
Dokumen tersebut ditulis oleh petugas polisi Mizoram, berisi rincian biografi keempat individu, serta penjelasan mengapa mereka melarikan diri.
"Karena gerakan pembangkangan sipil mendapatkan momentum dan protes yang diadakan oleh pengunjuk rasa anti-kudeta di berbagai tempat, kami diperintahkan untuk menembak para pengunjuk rasa," kata mereka dalam pernyataan bersama kepada polisi Mizoram.
“Dalam skenario seperti itu, kami tidak punya nyali untuk menembak orang-orang kami sendiri yang merupakan demonstran damai,” sambung mereka.
Belum ada tanggapan dari rezim militer Myanmar terkait hal ini. Sebelumnya, rezim militer Myanmar mengaku bertindak dengan sangat menahan diri, dalam menghadapi pengunjuk rasa huru-hara yang menyerang polisi, merusak keamanan dan stabilitas nasional.
Selain Tha Peng, ada juga Ngun Hlei yang mengaku juga mendapat perintah untuk menembak para pengunjuk rasa. Menurutnya, mereka diperintah dan ditekan oleh militer Myanmar.
"Militer menekan pasukan polisi yang kebanyakan adalah polisi untuk menghadapi masyarakat,” kata mereka.
Karena tidak mematuhi perintah untuk menembak, Ia terkena teguran keras dan dipindahkan. Dengan bantuan aktivis pro-demokrasi, Ia pun memilih untuk membelot dan menyeberang ke India.
Ada juga Dal, staf administrasi kepolisian Myanmar di Kota Falam yan membelot dan menyeberang ke India karena melawan perintah rezim militer Myanmar. Ia diperintahkan untuk turun ke lapangan, meninggalkan tugas sehari-harinya di kantor, untuk menghadapi pengunjuk rasa. Ia pun menolak perintah untuk menangkap seorang pengunjuk rasa perempuan.
Baca juga:
- Rezim Militer Myanmar Tuduh Profesor Ekonomi Australia yang Ditahan Miliki Informasi Rahasia
- Suster Ini Sudah Berlutut dan Memohon, Rezim Militer Myanmar Tetap Tembak Mati Dua Pengunjuk Rasa
- Ditolak Donald Trump, Pemohon Visa AS dari Negara Muslim Bisa Mengajukan Permohonan Kembali
- Sempat Dikepung Militer Myanmar Semalaman, Ratusan Pengunjuk Rasa Bisa Keluar dari Yangon
Sementara itu, Kepala Menteri Mizoram, India Zoramthanga mengatakan, pemerintahannya akan menyediakan makanan sementara dan tempat berlindung bagi mereka yang melarikan diri dari Myanmar. Tetapi, keputusan tentang repatriasi ditunda dengan pemerintah federal India. Deiketahui, rezim militer Myanmar sudah melayangkan surat permohonan kepada India untuk menahan dan memulangkan para polisi yang membelot.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.