Menlu Lavrov Sebut Rusia Siap Hadapi Barat Jika Ingin Berperang Demi Ukraina
JAKARTA - Rusia siap menghadapi Barat jika mereka ingin berperang demi Ukraina di medan perang, kata Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.
"Itu hak mereka, jika mereka ingin perang terjadi di medan perang, maka akan terjadi di medan perang," kata Menlu Lavrov, mengutip Reuters dari RIA 13 Mei.
Rusia diketahui telah meningkatkan peringatan tentang bahaya konfrontasi langsung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sejak Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak mengesampingkan kemungkinan pasukan Barat suatu saat akan dikirim ke medan perang Ukraina.
Menlu Lavrov menegaskan, Rusia siap untuk menegosiasikan perdamaian tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan.
"(Selama pembicaraan) di Istanbul, kami memang tinggal selangkah lagi untuk menandatangani dokumen awal untuk mengakhiri operasi militer khusus dengan syarat-syarat yang kini diakui oleh para sponsor Ukraina sangat menguntungkan Ukraina," jelas Menlu Lavrov, dikutip dari TASS.
"Para analis politik kami juga mengatakan demikian. Dan saya setuju dengan hal ini," tambahnya.
Menurut Menlu Lavrov, perundingan Istanbul adalah upaya terakhir Rusia "untuk memperluas kepercayaan dan menunjukkan niat baik, terlepas dari beberapa penipuan di masa lalu di pihak Barat."
"Dan kami disesatkan lagi, jadi mereka memaksa kami untuk berperang," pungkasnya.
Baca juga:
- Beda Nasib dengan Shoigu, Menlu Lavrov hingga Kepala Intelijen Naryshkin Dipertahankan Presiden Putin
- Israel Tingkatkan Agresi di Gaza: Tank Masuki Jabalia di Utara, Serangan Udara Hantam Rafah di Selatan
- Presiden Putin Pilih Ekonom Sipil Jadi Menteri Pertahanan Rusia Gantikan Shoigu, Antisipasi Perang Ekonomi?
- Letjen Herzi Halevi: Saya Memikul Tanggung Jawab Kegagalan IDF Melindungi Warga Israel
Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin mengatakan hal ini dapat menyebabkan Perang Dunia Ketiga, sementara Kremlin mengatakan pekan lalu, pengiriman pasukan NATO ke Ukraina berpotensi sangat berbahaya.
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa intervensi langsung di lapangan dalam konflik ini oleh militer negara-negara NATO berpotensi menimbulkan bahaya yang sangat besar, jadi kami menganggap ini sebagai provokasi yang sangat menantang, dan, tentu saja, kami mengawasinya dengan sangat hati-hati," jelas juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.