Militer Israel Bakal Respons Serangan Iran di Tengah Seruan Sekutu untuk Menahan Diri
JAKARTA - Panglima militer Israel mengatakan pada Hari Senin, negaranya akan menanggapi serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran pada akhir pekan, di tengah seruan sekutu untuk menahan diri yang ingin menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memanggil kabinet perangnya untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam, untuk mempertimbangkan bagaimana bereaksi terhadap serangan langsung Iran yang pertama terhadap Israel, kata sumber pemerintah.
Kepala Staf Israel Defense Forces (IDF) Letjen Herzi Halevi mengatakan, negaranya akan merespons namun tidak memberikan rincian.
"Peluncuran begitu banyak rudal, rudal jelajah dan drone ke wilayah Israel akan ditanggapi dengan baik," katanya di Pangkalan Udara Nevatim di Israel selatan, yang mengalami beberapa kerusakan dalam serangan Sabtu malam, melansir Reuters 16 April.
Saling serang antara Israel dan Iran telah meningkatkan kekhawatiran akan perang terbuka antara Israel dan Iran, serta kekhawatiran kekerasan yang berakar pada perang di Gaza semakin menyebar di wilayah tersebut.
Khawatir akan bahayanya, Presiden Joe Biden mengatakan kepada PM Netanyahu, Amerika Serikat tidak akan mengambil bagian dalam serangan balasan Israel terhadap Iran, kata para pejabat pada Hari Minggu.
Amerika Serikat dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan seruan agar Israel menahan diri.
Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby pada Hari Senin menolak untuk menerangkan, apakah Presiden Biden mendesak PM Netanyahu dalam pembicaraan pada Sabtu malam untuk menahan diri dalam menanggapi serangan itu.
"Kami tidak ingin melihat perang dengan Iran. Kami tidak ingin melihat konflik regional," kata Kirby, menambahkan Israel yang berhak memutuskan "apakah dan bagaimana mereka akan menanggapinya."
Terpisah, Uni Eropa dan sejumlah negara di Benua Biru menyerukan Israel untuk menahan diri untuk mencegah konflik yang lebih luas.
"Kita berada di tepi jurang dan kita harus menjauh dari situ," ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell kepada stasiun radio Spanyol Onda Cero.
"Kami harus menginjak rem dan gigi mundur," tandasnya.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron menyampaikan seruan serupa.
Adapun Rusia pada Hari Senin memilih menahan diri untuk tidak mengkritik sekutunya, Iran, di depan umum atas serangan tersebut, namun menyatakan kekhawatirannya mengenai risiko eskalasi, serta menyerukan untuk menahan diri.
Baca juga:
- Nilai Serangannya Sah, Iran Peringatkan Israel Jangan Lakukan Kesalahan Lagi dan AS Tidak Ikut Campur
- Kutuk Serangan Iran ke Israel, Sekjen PBB: Hentikan Permusuhan, Dunia Tak Mampu Berperang Lagi
- Iran Serang Israel, IRGC: Respons Kejahatan Rezim Zionis
- IDF Kerahkan Jet Tempur dan Sistem Pertahanan Udara untuk Antisipasi Serangan Iran
"Eskalasi lebih lanjut bukanlah kepentingan siapa pun," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Tujuh pejabat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) tewas dalam serangan udara terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, termasuk dua jenderal senior. Israel yang disebut berada di balik serangan itu, tidak membenarkan atau membantahnya.
Sebagai balasan, Iran melancarkan serangan udara yang melibatkan lebih dari 300 drone dan rudal Sabtu lalu, menyebabkan kerusakan ringan di Israel dan melukai seorang gadis berusia 7 tahun. Sebagian besar serangan Iran berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel dan dengan bantuan dari AS, Inggris, Prancis, serta pertahanan udara Yordania yang menegaskan akan menembak jatuh rudal hingga drone yang ditembakkan siapa pun dan melintasi wilayah udaranya.