JAKARTA - Amerika Serikat (AS) dan Inggris mendesak Iran untuk tidak membalas serangan Israel demi memutus siklus perang. Serangan Israel berupaya menghancurkan target-target militer Iran pada Sabtu 26 Oktober dini hari.
Serangan itu merupakan upaya balasan atas gempuran rudal Iran ke Israel pada 1 Oktober 2024. Iran melakukannya sebagai tanggapan atas kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan terbunuhnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di tengah upaya gencatan senjata yang terus diserukan internasional.
"Kami mendesak Iran untuk menghentikan serangannya terhadap Israel sehingga siklus pertempuran ini dapat berakhir tanpa eskalasi lebih lanjut," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett kepada wartawan, Sabtu 26 Oktober, dikutip dari AFP.
Sementara Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer dalam konferensi persnya saat menghadiri Pertemuan Kepala Pemerintahan Persemakmuran di Samoa mengatakan Israel berhak menghancurkan Iran lewat serangan udaranya yang presisi.
"Saya tegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri terhadap agresi Iran. Saya juga tegaskan bahwa kita perlu menghindari eskalasi regional lebih lanjut dan mendesak semua pihak untuk menahan diri. Iran seharusnya tidak menanggapi," ujar Starmer.
BACA JUGA:
Militer Israel melakukan serangan udara menghantam pangkalan militer dan sejumlah pangkalan rudal di sejumlah daerah di Iran pada Sabtu 26 Oktober dini hari.
Objek militer Iran diketahui dibangun jauh dari tempat tinggal masyarakat sipil berbeda dengan infrastruktur militer Israel yang berada di tengah permukiman.
“Respons mereka [Israel] merupakan latihan bela diri dan secara khusus menghindari daerah berpenduduk dan hanya berfokus pada target militer, bertentangan dengan serangan Iran terhadap Israel yang menargetkan kota terpadat di Israel,” klaim Starmer.