Britania Raya Hadapi Banyak Pembatalan Festival Musik

JAKARTA - Ketika Indonesia mulai kembali bergeliat dengan festival musik, kondisi berbeda terjadi di Britania Raya. Mereka harus menghadapi banyak festival musik yang dibatalkan.

Pandemi Covid, Brexit, perang di Ukraina, dan krisis biaya hidup disebut-sebut sebagai faktor yang berkontribusi terhadap krisis yang akan terjadi pada festival-festival musik di Inggris.

Melansir The Independent, beberapa tokoh di industri pertunjukan menyebut tren pembatalan festival dapat menimbulkan malapetaka bagi sektor musik di Inggris, jika masalah tidak segera diatasi.

Beberapa festival disebut mengalami masalah anggaran dan tidak akan diselenggarakan tahun ini, antara lain Bluedot, Standon Calling, dan Barn on the Farm.

Sementara, festival lain seperti NASS Festival, Lollapallooza, dan Long Division ditutup secara permanen setelah edisi tahun lalu.

John Rostron, CEO Asosiasi Festival Independen (AIF), menyerukan perlunya intervensi pemerintah yang mendesak untuk lebih mendukung acara-acara yang berjuang melawan krisis biaya hidup, hutang yang timbul selama pandemi COVID-19, peningkatan biaya rantai pasokan, dan penjualan tiket yang lebih lambat.

“Kami benar-benar berada pada titik kritis bagi sektor festival di Inggris,” kata John Rostron.

“Lima tahun yang lalu, mustahil untuk membayangkan bahwa para promotor harus menanggung dampak buruk seperti pandemi Covid-19. Namun, banyak dari mereka yang mengalaminya, tanpa membebankan biaya yang tidak dapat dihindari kepada konsumen,” kata Rostron lagi.

“Membayangkan bahwa sejak saat itu, mereka harus mengelola dampak Brexit, perang di Ukraina, inflasi, dan krisis energi adalah hal yang mengejutkan. Bahwa pengunjung festival dapat menikmati beberapa acara fantastis yang mereka lakukan pada tahun 2023 merupakan bukti ketangguhan dan semangat dari para promotor.”

Menurut AIF, 36 festival ditutup sepenuhnya atau ditunda tahun lalu. Sekitar 100 festival telah menghilang sejak puncak festival musik pada tahun 2019, ketika ada sekitar 600 acara yang berlangsung di seluruh Inggris.

AIF pun meluncurkan kampanye baru yang menyerukan pengurangan PPN atas tiket festival, yang menurutnya akan menyelamatkan banyak promotor acara dari penutupan pada tahun 2024.

Lebih jauh, Jamie Tagg selaku Direktur Festival Mighty Hoopla yang populer di London mengatakan, laporan terbaru menunjukkan bahwa penyelenggara harus mulai bekerja dan berbicara lebih kolektif.

“Pemasok tahu bahwa mereka lebih unggul dalam hal penawaran harga di pasar ini. Banyak pemasok mengalami kebangkrutan selama pandemi sehingga beberapa (tidak semua) memanfaatkan hal ini untuk menaikkan biaya mereka,” kata Jamie Tagg.

“Jika kita dapat meruntuhkan tembok-tembok tersebut dan memiliki transparansi mengenai biaya, itu akan sangat membantu. Terlalu sering festival dihentikan pada saat-saat terakhir jika ada tawaran yang lebih baik, dan hal ini memaksa festival kecil dan menengah untuk benar-benar menderita,” tukasnya.