NASA Batalkan Misi OSAMS-1 Senilai Rp32,1 Triliun

JAKARTA – Misi On-Orbit Servicing, Assembly, and Manufacturing (OSAM-1) terus mengalami penundaan. Setelah tidak ada kejelasan peluncuran, NASA memutuskan untuk membatalkan misi tersebut. 

Pengumuman ini disampaikan oleh Public Affairs Officer Jimi Russell beberapa waktu lalu. Jimi mengatakan bahwa NASA telah meninjau proyeknya secara mendalam dan memutuskan bahwa OSAM-1 harus dihentikan karena beberapa tantangan. 

"Tantangan teknis, biaya, dan jadwal yang terus berlanjut serta evolusi komunitas yang lebih luas dari proyek tersebut, pengisi bahan bakar pesawat ruang angkasa yang tidak siap, yang menyebabkan kurangnya mitra yang berkomitmen," kata Jimi. 

Keputusan yang dibagikan di blog perusahaan ini akan disampaikan secara resmi ke pihak Kongres. Setelah Kongres mengetahui kabar tersebut, Jimi mengatakan bahwa misi OSAM-1 akan dihentikan oleh manajemen proyeknya. 

"Manajemen proyek berencana untuk menyelesaikan penutupan secara tertib, termasuk disposisi perangkat keras sensitif, mengupayakan potensi kemitraan atau penggunaan perangkat keras alternatif," ungkap Jimi. 

Setelah misi OSAM-1 dibatalkan, beberapa pegawai akan kehilangan pekerjaan mereka. Jimi menjelaskan bahwa para pimpinan NASA sedang mencari cara untuk mengurangi dampak pembatalan misi tersebut bagi tenaga kerja di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard. 

OSAM-1 merupakan misi yang dimulai sekitar satu dekade lalu dengan nama Restore-L. Misi ini direncanakan meluncur pada tahun 2020 untuk mengisi bahan bakar Landsat 7, satelit observasi yang diluncurkan pada tahun 1999.

Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai Restore-L, NASA memutuskan untuk mengganti nama misi tersebut menjadi OSAM-1. Sayangnya, misi ini harus ditunda karena biaya peluncuran yang semakin membengkak dan tidak terkendali. 

Misi OSAM-1 awalnya diproyeksikan antara 626 juta dolar AS (Rp7,8 triliun) hingga 753 juta dolar AS (Rp11,8 triliun). Angka ini mengalami peningkatan hingga 2,05 miliar dolar AS (Rp32,1 triliun) dan misinya ditunda hingga Desember 2026. 

Penundaan ini dianggap tidak akan berjalan dengan baik karena masalah dana dan muatan. Jika satelit ini terus dipertahankan, dana untuk misinya diperkirakan meningkat hingga 2,7 miliar dolar AS (Rp122,4 triliun). Maka dari itu, NASA sepakat untuk menghentikan misinya.