Tim Peneliti Temukan Spesies Ular Raksasa Baru Sekaligus Ungkap Ancaman Terhadap Hutan Hujan Amazon
JAKARTA - Para ilmuwan yang melakukan penelitian di hutan hujan Amazon berhasil menemukan spesies ular baru, dikabarkan sebagai ular terbesar di dunia saat ini.
Tim peneliti dari Universitas Queensland melakukan perjalanan ke Amazon yang berada di Ekuador, untuk mencari anaconda hijau utara (Eunectes akayima) yang sebelumnya tidak terdokumentasikan, menyusul undangan dari masyarakat Waorani untuk mengamati anaconda "dikabarkan sebagai yang terbesar yang pernah ada" menurut para ilmuwan.
Tim tersebut bergabung dengan para pemburu dalam ekspedisi 10 hari ke Bameno di Wilayah Baihuaeri Waorani, sebelum mendayung menyusuri sistem sungai untuk "menemukan beberapa anaconda yang bersembunyi di perairan dangkal, menunggu mangsa," Profesor Bryan Fry, ahli biologi dari Universitas Queensland, yang memimpin tim tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN 1 Maret.
Anaconda adalah ular raksasa tidak berbisa yang ditemukan di atau dekat perairan di daerah hangat Amerika Selatan.
"Ukuran makhluk luar biasa ini sungguh luar biasa, seekor anaconda betina yang kami temui berukuran panjang 6,3 meter (20,7 kaki)," kata Fry tentang penemuan tim.
Tim juga mengatakan mereka telah mendengar bukti anekdot bahwa ular berukuran 7,5 meter (24,6 kaki) dan 500 kilogram (1.100 pon) telah terlihat di daerah tersebut.
Anakonda hijau adalah ular terberat di dunia, menurut Museum Sejarah Alam Inggris, yang mencatat ular terberat yang pernah tercatat memiliki berat 227 kilogram (500 pon). Panjangnya 8,43 meter (27,7 kaki) dan lebar 1,11 meter (3,6 kaki).
Sementara spesies lain, ular sanca batik, cenderung lebih panjang – seringkali mencapai lebih dari 6,25 meter (20,5 kaki), namun lebih ringan.
Namun, para ahli yang mempelajari makhluk tersebut menemukan bahwa spesies anaconda hijau utara yang baru diidentifikasi menyimpang dari anaconda hijau selatan hampir 10 juta tahun yang lalu, dengan perbedaan genetik mereka sebesar 5,5 persen.
"Ini cukup signifikan, sebagai perbandingan, manusia hanya berbeda sekitar 2 persen dari simpanse," kata Fry, dengan temuan ini dijelaskan dalam jurnal 'MDPI Diversity'.
Tim kemudian membandingkan genetika anakonda hijau dengan spesimen lain di tempat lain, untuk menilai mereka sebagai spesies indikator kesehatan ekosistem, memperingatkan bahwa Amazon menghadapi banyak ancaman.
"Deforestasi di lembah Amazon akibat ekspansi pertanian diperkirakan mengakibatkan hilangnya habitat sebesar 20-31 persen, yang mungkin berdampak pada 40 persen hutan Amazon pada tahun 2050," terang Fry.
Baca juga:
- China Kutuk Penembakan yang Tewaskan Seratusan Warga Sipil Palestina saat Menunggu Bantuan Kemanusiaan
- Pasukan Penjaga Perdamaian PBB mulai Menarik Diri Secara Bertahap dari Kongo Timur
- AS Blokir Pernyataan Dewan Keamanan PBB Soal Penembakan yang Menewaskan Seratusan Warga Palestina di Gaza
- PM Benjamin Netanyahu Berencana Mewajibkan Yahudi Ultra-Ortodoks untuk Ikut Wajib Militer
Degradasi habitat, kebakaran hutan, kekeringan dan perubahan iklim mengancam spesies langka seperti anaconda, yang hidup di ekosistem langka tersebut, tambahnya.
Diketahui, Fry merupakan profesor biologi Australia di Universitas Queensland yang selama hampir 20 tahun telah menyelidiki spesies anaconda ditemukan di Amerika Selatan, dikutip dari Reuters.
Anaconda adalah sumber informasi yang sangat berguna untuk kesehatan ekologi di wilayah tersebut dan potensi dampak tumpahan minyak terhadap kesehatan manusia di wilayah tersebut, kata Fry.